Dia juga mengulangi seruannya sejak pagi agar Rektor Universitas Columbia, Minouche Shafik, yang ditemuinya sebelum konferensi pers, untuk mengundurkan diri.
"Saya di sini hari ini bergabung dengan rekan-rekan saya dalam menyerukan Presiden Shafik untuk mengundurkan diri jika dia tidak dapat segera menertibkan kekacauan ini," tegas Johnson.
"Sebagai Ketua DPR, saya telah berkomitmen hari ini bahwa Kongres tidak akan diam karena mahasiswa Yahudi diperkirakan akan melarikan diri dan tidak masuk kelas karena bersembunyi dalam ketakutan," terangnya.
Pada saat tertentu, ia berbicara langsung kepada para pengunjuk rasa, menyebut aktivitas mereka tidak bersifat Amerika.
"Kampus perguruan tinggi dulunya adalah tempat perdebatan yang saling menghormati, untuk mendiskusikan perbedaan pendapat di pasar bebas ide. Bukan itu yang terjadi di sini," kata Johnson.
Baca juga: Aksi Unjuk Rasa Pro-Palestina Makin Menyebar di Kampus-kampus Terkemuka di Amerika Serikat
"Anda mengintimidasi dan meneriaki orang-orang yang tidak Anda setujui," katanya.
Sherif Ibrahim, seorang mahasiswa dan penyelenggara Apartheid-Divest Universitas Columbia, mengatakan kepada Mother Jones bahwa para penyelenggara perkemahan percaya bahwa politisi Partai Republik seperti Johnson “melakukan kesalahan sepenuhnya karena mereka ingin melakukan kesalahan”.
"Dan mereka ingin mencap kami sebagai antisemit padahal mereka bisa melakukan hal yang salah. Tidak jauh dari kebenaran," kata Ibrahim.
"Jika Anda menghabiskan waktu di sini di kamp, itu akan terlihat jelas bagi Anda, namun mereka tidak melakukannya," lanjutnya.
"Mereka datang dan berbicara tentang langkah-langkah tersebut, lalu mereka keluar, karena ini adalah momen untuk mendapatkan modal politik, dan ini adalah sesuatu yang dapat mereka manfaatkan karena ada banyak perhatian di sini terhadap pengorganisasian kami dan terhadap Kolombia," tambahnya.
Banyak mahasiswa yang memprotes pernyataan Johnson juga menganggapnya sebagai seorang oportunis.
(Tribunnews.com/Whiesa)