News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Alasan Israel Tolak Gencatan Senjata dengan Hamas di Gaza, Gelar Invasi Darat dan Udara ke Rafah 

Penulis: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga Palestina di kamp pengungsian di Rafah mengambil jenazah kerabat mereka yang meniggal akibat serangan invasi darat dan udara Israel, dari kamar mayat Rumah Sakit Lapangan al-Merouani untuk dimakamkan di Rafah, Gaza, Selasa 7 Mei 2024. Anadolu Agency/Abed Rahim Khatib

TRIBUNNEWS.COM - Israel menolak proposal gencatan senjata dengan Hamas dan malah menggelar invasi darat dan udara ke Rafah, kota di Selatan Gaza yang berbatasan dengan Mesir.

Israel dinilai sengaja ingin melanjutkan misinya menghancurkan Gaza dan memicu kekhawatiran bahwa perang di Gaza akan berlarut-larut.

Hari Senin, 6 Mei 2024, Hamas mengumumkan bahwa mereka telah menyetujui proposal gencatan senjata Mesir-Qatar.

Namun pengumuman tersebut langsung direspon pemerintah Israel bahwa mereka tidak pernah setuju dengan usulan gencatan senjata tersebut.

Secara eksplisit, pasukan militer Israel menunjukkan arogansinya dengan mengambil alih wilayah Palestina di perbatasan Mesir dengan Gaza di Rafah.

Bagi banyak analis, pesan pemerintah Israel jelas: tidak akan ada gencatan senjata permanen, dan perang dahsyat di Gaza akan terus berlanjut.

“Israel ingin memiliki hak untuk melanjutkan operasi di Gaza,” kata Mairav ​​Zonszein, analis senior Israel-Palestina untuk International Crisis Group (ICG).

Dia menambahkan bahwa kesepakatan tampaknya tidak mungkin terjadi selama Israel menolak mengakhiri perang untuk selamanya.

“Jika Anda memasuki kesepakatan gencatan senjata, maka Anda [pada akhirnya] memerlukan gencatan senjata,” katanya kepada Al Jazeera.

Hancurkan Batalyon Hamas dan Kuasai Jalur Penyeberangan Gaza ke Mesir 

Serangan bom Israel di Rafah mempunyai tujuan nyata untuk membubarkan batalion Hamas dan menguasai jalur penyeberangan Gaza-Mesir, yang Israel tuduh digunakan Hamas untuk menyelundupkan senjata ke daerah kantong yang terkepung.

Namun kelompok-kelompok kemanusiaan dengan cepat menunjukkan bahwa penutupan penyeberangan akan berdampak buruk bagi lebih dari satu juta warga Palestina yang tinggal di Rafah, yang sebagian besar dari mereka adalah pengungsi.

Baca juga: Korban Terus Berjatuhan di Rafah oleh Serangan Masif Israel, Satu-satunya Rumah Sakit Ditutup

Dan hal ini juga membahayakan harapan tercapainya kesepakatan antara Israel dan Hamas, yang telah ditengahi oleh Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat selama berhari-hari, dengan William Burns, kepala Badan Intelijen Pusat (CIA), yang sangat terlibat dalam hal ini.

Israel mengatakan persyaratan gencatan senjata Hamas berbeda dari proposal sebelumnya. Namun para analis percaya bahwa masalah yang lebih luas adalah Israel tidak bersedia menyetujui gencatan senjata permanen, bahkan setelah Hamas membebaskan tawanan Israel.

Warga Palestina di timur Kota Rafah, Jalur Gaza, memutuskan meninggalkan rumah mereka dengan menumpang mobil untuk pindah ke daerah yang mereka anggap lebih aman di Rafah. Anadolu Agency/Ramez Habboud

“Beberapa hari terakhir telah membuktikan bahwa Israel tidak melakukan negosiasi dengan itikad baik. Saat Hamas menyetujui kesepakatan, Israel bersedia meledakkannya dengan memulai serangan mereka di Rafah,” kata Omar Rahman, pakar Israel-Palestina di Dewan Urusan Global Timur Tengah, sebuah wadah pemikir di Doha, Qatar. 

Baca juga: Israel Bakal Pindahkan 1,2 Juta Warga Palestina di Rafah ke Garis Pantai Gaza

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini