News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Ke Mana Negara-negara Arab saat Rafah Diserbu Israel, Apa Tindakan Mesir, Arab Saudi, dan Yordania?

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Asap mengepul akibat serangan Israel di Rafah di Jalur Gaza selatan pada 7 Mei 2024, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas. (Photo by AFP)

TRIBUNNEWS.COM - Israel telah memulai serangan udara dan darat di Rafah, kota paling selatan di Jalur Gaza yang dipenuhi penduduk yang mengungsi.

Meskipun Israel dan Amerika Serikat mengklaim bahwa serangan itu hanyalah operasi terbatas, tapi tetap menimbulkan kekhawatiran bahwa ancaman serangan skala penuh akan segera terjadi, Vox.com melaporkan.

Dilaporkan sebelumnya, militer Israel mengambil kendali perbatasan Rafah di sisi Gaza pada hari Selasa (7/5/2024) setelah melakukan serangan udara pada malam sebelumnya.

Pengambilalihan perbatasan Rafah tersebut, yang menghubungkan Mesir dan Gaza, dilakukan satu hari setelah pasukan Israel memerintahkan setidaknya 100.000 warga Palestina untuk mengungsi.

Pada hari Senin, Kabinet perang Israel memutuskan untuk melanjutkan operasi tersebut, bahkan ketika perundingan gencatan senjata berlanjut di Kairo dan Israel.

Saat Rafah di ambang bombardir Israel, ke mana negara-negara Arab seperti Mesir, Arab Saudi dan Yordania dan apa yang akan mereka lakukan untuk membantu rakyat Palestina?

Secara umum, ketiga negara tersebut mengecam invasi Rafah.

Saat Israel memerintahkan warga di Rafah untuk mengungsi, Mesir, Arab Saudi dan Yordania mengkritik aksi tersebut.

Warga Palestina berkerumun di jalan saat asap mengepul di dekatnya akibat serangan Israel di Rafah di Jalur Gaza selatan pada 7 Mei 2024, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas. (Photo by AFP) (AFP/-)

Dilansir Al Jazeera, dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Mesir mendesak Israel untuk menerapkan pengendalian diri tingkat tertinggi dan menghindari eskalasi lebih lanjut pada waktu yang sangat sensitif.

Kementerian itu menekankan soal negosiasi gencatan senjata dan pembebasan tawanan yang sedang berlangsung.

Mesir mengatakan bahwa serangan Israel terhadap Rafah akan menciptakan bahaya kemanusiaan yang ekstrem yang mengancam lebih dari satu juta warga Palestina di wilayah tersebut.

Baca juga: Video Detik-Detik Hizbullah Ngamuk karena Israel Bombardir Rafah, 6 Drone Berpeledak Jebol Iron Dome

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Arab Saudi telah memperingatkan bahayanya pasukan Israel yang mengincar kota Rafah.

“Kementerian menegaskan penolakan tegas Kerajaan terhadap pelanggaran terang-terangan yang terus dilakukan pasukan pendudukan terhadap semua resolusi internasional yang menyerukan penghentian pembantaian ini dan pelanggaran mereka terhadap hukum internasional dan hukum humaniter internasional tanpa pencegahan, yang memperburuk krisis kemanusiaan dan membatasi upaya perdamaian internasional," kata kementerian tersebut.

Senada dengan Mesir dan Arab Saudi, Yordania juga mengeluarkan peringatan serupa.

Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pembantaian lain terhadap warga Palestina sedang terjadi.

“Kegagalan mencegah pembantaian akan menjadi noda yang tak terhapuskan di komunitas internasional. Terlalu banyak pembantaian. Cukup."

Mengapa Negara-negara Arab tidak berbuat banyak untuk Palestina?

Menurut analisis Omar Hassan dari Red Flag Australia, pengaruh Barat sangatlah besar dalam konflik Israel-Palestina.

Setiap kali Israel menindas Palestina, sekutu Baratnya pun langsung pasang badan.

Para pemimpin negara-negara seperti Australia, Jerman, Perancis, Inggris dan Amerika mengirimkan dukungan mereka.

Media pun bertindak berlebihan, memperkuat narasi rasis yang membenarkan kejahatan Israel dan melakukan yang terbaik untuk memutarbalikkan fakta bahwa Israel adalah penindas dan agresor.

Bantuan darurat senilai miliaran dolar disalurkan melalui parlemen untuk membantu tentara Israel dalam genosida.

Meskipun seluruh dukungan diberikan kepada Israel, pemerintah di negara-negara yang mayoritas penduduknya Arab dan Muslim hanya diam saja.

Kepasifan ini terlihat pada konferensi gabungan khusus Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam tahun lalu.

Digemborkan sebagai pertemuan yang mendesak dan “pertemuan luar biasa” dalam menanggapi pembantaian di Gaza, konferensi tersebut hanya diadakan satu hari.

Setelah banyak teriakan dan isyarat, satu-satunya tuntutan nyata dari perwakilan terkemuka dunia Arab dan Muslim ini adalah “diselenggarakannya konferensi perdamaian internasional, sesegera mungkin”.

Baca juga: Bantuan ke Gaza Terhenti Setelah Pasukan Israel Merebut Perbatasan Rafah, IDF Tutup Jalur Bantuan

Meski begitu, bukan berarti Timur Tengah tidak bisa mengendalikan Israel dan sekutunya.

Negara-negara Arab dan Muslim menguasai sebagian besar cadangan minyak dunia.

Arab Saudi dan Irak sendiri menguasai lebih dari 21 persen ekspor minyak harian.

Hal ini memberi negara-negara ini pengaruh yang sangat besar.

Tapi ini bukan hanya minyak. Terusan Suez, yang dimiliki dan dioperasikan oleh pemerintah Mesir, sangat penting bagi perdagangan global.

Lantas mengapa para pemimpin Arab dan Muslim tidak memanfaatkan kekuatan ini?

Karena mereka tidak mau, menurut Hassan.

Sebagai partisipan dalam sistem kapitalisme dan imperialisme global, keberhasilan mereka bergantung pada stabilitas dan profitabilitas secara keseluruhan.

Inilah sebabnya mengapa sebagian besar negara-negara Arab tersebut bersekutu dengan AS, yang merupakan pemain paling kuat di panggung dunia.

Seperti kelompok penguasa global lainnya, para pemimpin Arab itu  tidak percaya pada solidaritas etnis, nasional, atau agama.

Komitmen mereka hanya pada keuntungan dan kekuasaan—terutama kepentingan mereka sendiri.

Dan jika itu berarti bersekutu dengan AS dan Israel, maka biarlah.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini