News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

AS Masih Kirim Senjata ke Israel, John Kirby: Kami Hanya Blokir Bom Berdaya Ledak Tinggi

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Nuryanti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden AS Joe Biden (kiri) dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kanan). -- AS masih mengirim senjata ke Israel dan hanya menangguhkan pengiriman bom berdaya ledak tinggi.

TRIBUNNEWS.COM - Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat (Pentagon), John Kirby, mengatakan AS masih mengirim sebagian besar senjata ke Israel.

Pernyataan tersebut menyangkal pemberitaan baru-baru ini yang mengatakan seolah AS menghentikan seluruh pengiriman senjata ke Israel.

John Kirby mengatakan AS hanya menghentikan pengiriman bom berdaya ledak tinggi yang mungkin akan digunakan Israel dalam serangannya di Rafah, Jalur Gaza selatan.

Bom berdaya ledak tinggi itu sebelumnya digunakan oleh Israel untuk meratakan bangunan di sebagian besar Jalur Gaza.

"Semua orang terus berbicara tentang penghentian sementara pengiriman senjata. Pengiriman senjata masih dikirim ke Israel," kata John Kirby kepada wartawan, Kamis (9/5/2024).

Mengulangi propaganda AS, John Kirby mengatakan pengiriman senjata ke Israel adalah upaya pertahanan diri untuk sekutunya tersebut.

"Mereka (Israel) masih mendapatkan sebagian besar dari semua yang mereka perlukan untuk membela diri," ujarnya.

Ia menegaskan AS akan setia mendukung Israel dengan memenuhi permintaan senjata.

“Kami juga berkomitmen, dan akan terus berkomitmen, menghabiskan setiap sen permintaan tambahan yang kami dapatkan dari Kongres AS untuk memberikan mereka kemampuan yang mereka perlukan,” tambahnya, seperti dilaporkan Anadolu.

Hanya Blokir Bom Tertentu, AS Masih Setia Persenjatai Israel

Presiden AS Joe Biden berhenti mengirimkan senjata berdaya ledak tinggi ke Israel, menyusul kritik internasional atas bantuan senjata dari AS ke Israel dan rencana serangan di Rafah.

Baca juga: Joe Biden Setop Kirim Senjata AS, Netanyahu Kesal: Israel Siap Berjuang Sendiri

Pengiriman senjata yang dihentikan termasuk 1.800 bom yang masing-masing berbobot 2.000 pon (907 kilogram), dan 1.700 bom yang masing-masing berbobot 500 pon (226 kilogram).

AS menghentikan pasokan bom berdaya ledak tinggi ke Israel sebagai simbol penolakan terhadap keputusan Israel untuk menyerang Rafah.

"Saya sudah jelaskan kepada (Perdana Menteri Israel) Netanyahu dan Dewan Perang Israel bahwa mereka tidak akan mendapat dukungan kami jika mereka memasuki pusat populasi di Rafah," kata Presiden AS Joe Biden, Rabu (8/5/2024).

Pernyataan Joe Biden didukung oleh Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, yang mengatakan bahwa AS menangguhkan pengiriman senjata ke Israel.

"Washington menangguhkan pengiriman amunisi berdaya ledak tinggi ke Israel sehubungan dengan kejadian terkini di Rafah," kata Lloyd Austin, Rabu (8/5/2024), seperti diberitakan Al Jazeera.

Namun, Joe Biden memastikan AS tidak meninggalkan Israel dan berjanji mendukung pertahanan Israel, termasuk dengan Iron Dome.

Rafah, yang berbatasan dengan Mesir, menjadi tempat pengungsian bagi lebih dari 1,5 juta rakyat Palestina yang melarikan diri dari agresi Israel di Jalur Gaza utara dan tengah.

Sebelumnya, Israel meminta rakyat Palestina dari Jalur Gaza utara dan tengah untuk mengungsi ke Rafah sebagai "zona aman".

Namun, Israel lalu menganggap Rafah adalah benteng terakhir gerakan Palestina, Hamas, sementara AS memperingatkan serangan Israel di wilayah itu dapat membunuh rakyat Palestina yang mengungsi ke Rafah.

Asap mengepul akibat serangan Israel di Rafah di Jalur Gaza selatan pada 7 Mei 2024, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas. (Photo by AFP) (AFP/-)

Jumlah Korban

Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi 34.844 jiwa dan 78.404 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Kamis (9/5/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, seperti dilaporkan Anadolu.

Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023).

Israel memperkirakan, kurang lebih ada 136 sandera yang masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.

Sementara itu, lebih dari 8.000 warga Palestina yang masih berada di penjara-penjara Israel, menurut laporan The Guardian pada Desember 2023 lalu.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini