News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Singgung Perintah Evakuasi, UNRWA Sebut Klaim Zona Aman Israel Salah dan Menyesatkan

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini menyaksikan konferensi kemanusiaan internasional untuk warga sipil di Gaza, di Istana Kepresidenan Elysee, di Paris, pada 9 November 2023. - Philippe Lazzarini menyatakan keprihatinannya nasib pengungsi Palestina yang berpindah-pindah demi bertahan hidup di tengah gempuran Israel di Gaza.

TRIBUNNEWS.COM - Komisaris Jenderal Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), Philippe Lazzarini menyatakan keprihatinannya nasib pengungsi Palestina.

Geram dengan situasi yang terjadi, Philippe Lazzarini pada Minggu (12/5/2024) menyatakan, tidak ada zona aman di Gaza, seperti yang diklaim Israel.

"Pihak berwenang Israel terus mengeluarkan perintah pengungsian paksa, yang juga dikenal sebagai 'perintah evakuasi'," kata Philippe Lazzarini di X, dikutip dari Al Mayadeen.

Menurutnya, hal tesebut membuat warga Palestina di Rafah harus berpencar untuk bertahan hidup.

Sejak perang Israel-Hamas meletus pada 7 Oktober 2023 kemarin, sebagian besar warga Gaza telah berkali-kali mengungsi.

"Dengan putus asa, (mereka) mencari keselamatan yang tidak pernah mereka temukan," kata Philippe Lazzarini.

Bahkan orang-orang telah pindah berkali-kali, rata-rata sebulan sekali.

"Klaim zona aman adalah salah dan menyesatkan. Tidak ada tempat yang aman di Gaza. Titik," imbuhnya, dikutip dari Anadolu.

Ia pun menyoroti bahwa warga Palestina yang mengungsi dari Gaza tidak punya pilihan selain mencari perlindungan di tempat penampungan UNRWA.

Namun tempat-tempat tersebut sering menjadi sasaran dan dirusak oleh tindakan militer Israel.

Lazzarani mengaku selama ini dia belum pernah melihat kondisi seperti itu, selama lebih dari tiga dekade.

Baca juga: Eksodus Warga Palestina, 300 Ribu Orang Tinggalkan Rafah

“Selama lebih dari 30 tahun mempelajari dan berinteraksi dengan masyarakat yang terkena dampak pengungsian, saya belum pernah melihat kekejaman yang mengejutkan seperti ini," ucapnya.

Diperkirakan 150.000 orang telah meninggalkan Rafah ketika Israel memerintahkan evakuasi dan melanjutkan operasi meskipun ada kekhawatiran dari sekutu dan pihak lain.

Israel telah membunuh lebih dari 35.000 warga Palestina di Gaza, sebagai pembalasan atas serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober, yang menewaskan sekitar 1.200 jiwa.

Sekitar 85 persen dari 2,3 juta penduduk di wilayah kantong tersebut menjadi pengungsi internal, dan terjadi kekurangan makanan, air, dan obat-obatan.

Invasi Israel bisa menjadi 'bencana'

Dalam konteks yang sama, Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Volker Turk menyatakan bahwa perintah terbaru tersebut mempengaruhi hampir 1 juta orang di Rafah.

"Jadi ke mana mereka harus pergi sekarang? Tidak ada tempat yang aman di Gaza!" serunya.

“Orang-orang yang kelelahan dan kelaparan ini, banyak di antaranya telah mengungsi berkali-kali, tidak mempunyai pilihan yang baik,” katanya.

Turk menekankan bahwa serangan darat tersebut bisa menjadi “bencana besar” karena dapat diperkirakan akan terjadi kekejaman lebih lanjut.

Perlu dicatat bahwa pendudukan Israel memperkuat perintah evakuasi paksa di Rafah timur pada Sabtu (11/5/2024), memaksa 300.000 warga Palestina yang telah terpaksa mengungsi meninggalkan daerah tersebut.

Dikutip dari The Atlanta Journal-constitution, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengklaim, Rafah adalah benteng terakhir Hamas.

Baca juga: Menlu Inggris Tolak Seruan Setop Jual Senjata ke Israel di Tengah Rencana Netanyahu Invasi Rafah

Kantor berita Wafa melaporkan bahwa beberapa orang terluka parah ketika jet Israel mengebom sebuah rumah di lingkungan Brazil di Rafah timur.

Lingkungan as-Salam, at-Tannour dan ash-Shawka di Rafah timur juga terkena dampaknya.

Sampai hari ini, Israel belum memberikan rencana rinci mengenai pemerintahan pascaperang di Gaza.

“Apa yang mereka inginkan dari kita?" tanya Umm Ali, seorang pengungsi Palestina, dikutip dari Al Jazeera.

“Mereka membunuh kami dan anak-anak kami. Apa yang bisa kita lakukan?" ucapnya.

Tel Aviv hanya mengatakan bahwa mereka akan mempertahankan kontrol keamanan terbuka atas wilayah kantong yang berpenduduk sekitar 2,3 juta warga Palestina itu.

Negara tetangga, Mesir belum lama ini menyatakan kecaman terhadap rencana invasi Rafah.

Mesir bahkan berniat menyusul tindakan Afrika Selatan (Afsel) menggugat Israel di Mahkamah Internasional karena melakukan genosida di Gaza.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini