TRIBUNNEWS.COM - Bencana banjir lahar dingin yang berdampak bagi beberapa daerah di Sumatera Barat (Sumbar) menjadi perhatian dunia.
Kabar duka tersebut bahkan menjadi berita utama pemberitaan media luar negeri.
Satu di antaranya adalah Kantor Berita Bahrain yang kemudian menyandingkan banjir bandang Sumbar dengan banjir di Brasil.
Dalam tajuknya, Kantor Berita Bahrain memberikan judul Korban tewas di Indonesia bertambah menjadi 67 orang akibat banjir di Sumatra, 20 orang masih hilang.
Artinya, berita tersebut merupakan berita update dari berita-berita yang juga dibuat Kantor Berita Bahrain secara berkala.
Diberitakan media tersebut, Pemerintah melalui Pemprov Sumbar dan BNPB merencanakan relokasi para korban ke daerah yang lebih aman.
Sementara, lima dari 25 orang yang sebelumnya hilang ditemukan tewas, menambah jumlah korban tewas dari 62 yang dilaporkan pada hari Rabu, kata Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam sebuah pernyataan.
Kemudian, lebih dari 4.000 orang telah dievakuasi ke gedung-gedung terdekat dan tempat penampungan sementara, lapor Reuters.
Adapun 521 rumah, jika ditotal seluas 31.985 hektar (79.037 acre) lahan termasuk sawah, 19 jembatan, dan sebagian besar jalan utama rusak.
Pemerintah berencana merelokasi para penyintas yang rumahnya tidak layak huni dan tinggal di daerah rawan bencana, kata Kepala BNPB Suharyanto dalam pernyataannya.
BNPB dan Pemprov Sumbar kini tengah mengumpulkan data berapa jumlah korban yang perlu direlokasi dan mencari lokasi aman untuk membangun rumah baru.
Baca juga: Gubernur Sumbar Mahyeldi Bicara Relokasi Korban Terdampak Banjir Lahar Dingin
“Pemerintah akan menyediakan lahan dan membangun rumah,” kata Suharyanto, seraya menambahkan bahwa rumah baru tersebut akan siap dalam waktu enam bulan.
Masih belum jelas kapan relokasi akan dimulai.
Bencana melanda daerah tersebut pada Sabtu malam ketika hujan lebat menyebabkan banjir bandang, tanah longsor, dan aliran lahar dingin, campuran abu vulkanik, puing-puing batu, dan air seperti lumpur.