News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Keluarga Sandera Israel: Jangan Biarkan Netanyahu Jadi Penghalang Gencatan Senjata

Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Garudea Prabawati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Para pengunjuk rasa mengangkat tanda selama protes terhadap pemerintah Israel dan menuntut pembebasan sandera yang ditahan oleh gerakan Hamas Palestina di Jalur Gaza sejak serangan 7 Oktober, di Yerusalem pada 31 Maret 2024. (AHMAD GHARABLI/AFP )

TRIBUNNEWS.com - Anggota keluarga sandera Israel yang tergabung dalam Forum Keluarga Sandera dan Orang Hilang, mendesak negara mereka untuk menerima tawaran gencatan senjata yang disampaikan Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden.

Dalam konferensi pers mingguan yang diadakan pada Sabtu (1/6/2024), mereka menyerukan "warga Israel untuk turun ke jalan demi memastikan penyelesaian kesepakatan."

Mereka percaya, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, bisa menjadi penghalang kesepakatan gencatan senjata.

Padahal, pada Jumat (31/5/2024), Biden dalam konferensi pers di Gedung Putih, mengatakan Israel "telah mengajukan proposal baru yang komprehensif" untuk mengakhiri perang.

Karena itu, anggota keluarga sandera Israel mendesak Netanyahu untuk secara terbuka mendukung proposal tersebut.

Dikutip dari AlJazeera, rencana tiga fase yang dijelaskan Biden berupaya menerapkan gencatan senjata permanen di Jalur Gaza.

Caranya, dengan melibatkan penarikan pasukan Israel dari seluruh wilayah di Gaza dan pembebasan semua warga Israel yang ditahan di wilayah itu.

Hamas juga telah mengindikasikan, mereka terbuka terhadap usulan itu, sehingga meningkatkan harapan untuk menghentikan serangan yang terjadi selama 8 bulan terakhir di Jalur Gaza.

Dalam sebuah pernyataan, Hamas mengatakan pihaknya "menegaskan kembali kesiapannya untuk secara positif terlibat dan bekerja sama dengan proposal apapun, berdasarkan landasan gencatan senjata permanen, penarikan penuh dari Jalur Gaza, rekonstruksi, pengembalian pengungsi ke rumah mereka, kesepakatan pertukaran tahanan, dan penyelesaian konflik."

Tetapi, Hamas menekankan Israel "harus mengumumkan komitmennya yang jelas terhadap hal ini.

Sementara itu, dalam pernyataan bersama, AS, Qatar, dan Mesir bersama-sama meminta Hamas dan Israel untuk menyelesaikan kesepakatan.

Baca juga: AS-Mesir-Israel Gelar Rapat, Kairo Ogah Buka Perbatasan Rafah Saat IDF Kuasai Koridor Philadelphia

Netanyahu: Gencatan Senjata Tidak Mungkin Dilakukan, Kecuali Hamas Hancur

Terpisah, Netanyahu justru bersikeras menolak tawaran gencatan senjata yang disinggung Biden.

Pada Sabtu, Netanyahu menepis anggapan, Israel akan menyetujui gencatan senjata permanen.

Ia menyebut tawaran itu sebagai "hal yang tidak dapat dimulai," dikutip dari Reuters.

Israel akan menyetujui gencatan senjata permanen sebelum "militer dan pemerintahan Hamas hancur," tambah dia.

Di sisi lain, pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid, mendesak Netanyahu untuk menyetujui perjanjian pertukaran tahanan, dan menjanjikan dukungan partainya, bahkan jika faksi sayap kanan dalam koalisi memberontak.

Lapid juga menyebut kesepakatan gencatan senjata itu kemungkinan besar akan disetujui di parlemen.

"Pemerintah Israel tidak dapat mengabaikan pidato penting Presiden Biden. Ada kesepakatan dan itu harus dilakukan," kata Lapid dalam postingan media sosial pada Sabtu.

Tekanan pada Biden soal Gencatan Senjata di Gaza

Biden diketahui menghadapi banyak tekanan saat krisis di Gaza semakin parah.

Ia menghadapi protes dan kritik yang meluas atas dukungan militer dan diplomatiknya terhadap Israel selama serangan berlangsung.

Baca juga: Pakar Militer: 16 Ribu Tentara Israel Tewas dan Terluka, IDF Mesti Mundur atau Terekspos

Meskipun kemarahan meningkat atas serangan Israel, termasuk serangan mematikan di Rafah baru-baru ini, kebijakan Biden sebagian besar tidak berubah.

Sebuah jajak pendapat baru yang dirilis minggu ini, menunjukkan Biden mendapat kurang dari 20 persen dukungan di kalangan Arab-Amerika, sebuah konstituen utama di beberapa negara bagian AS yang dapat menentukan pemilu mendatang.

Biden akan berhadapan dengan pendahulunya dari Partai Republik, Donald Trump, pada 5 November mendatang, dalam pertarungan yang diperkirakan akan berlangsung ketat.

Para ahli berpendapat, serangan Israel yang berkepanjangan di Gaza akan merugikan prospek terpilihnya kembali Biden.

"Tanda-tandanya jelas. Tulisannya sudah terpampang di dinding," Josh Ruebner, dosen program Keadilan dan Perdamaian Universitas Georgetown, mengatakan kepada AlJazeera minggu ini.

"Dan jika Biden memutuskan untuk melanjutkan dukungannya terhadap Israel selama serangan masih berlangsung, hal ini tidak hanya akan menyebabkan kematian puluhan ribu warga Palestina, namun juga akan membuat dia kalah dalam pemilu," jelas dia.

Sementara itu, analis politik Palestina Nour Odeh mengatakan proposal gencatan senjata yang disampaikan Biden, tampaknya tidak berbeda "secara mendasar" dari proposal yang telah diajukan sebelumnya.

Namun, yang mengejutkan adalah Biden "mempertaruhkan dirinya sendiri", kata Odeh.

"Dia mengatakan AS bakal menjamin Israel akan menepati janjinya selama mediator dapat membawa Hamas untuk menerima perjanjian tersebut dan mempertahankan perjanjiannya," urai dia.

"Ini pertama kalinya kami mendengar presiden Amerika Serikat, sekutu terpenting Israel, mengatakan, 'Kesepakatan ini sudah didiskusikan, ini bagus dan semua orang harus menerimanya.' Hamas akan menolak tekanan yang akan diterapkan terhadapnya, tidak diragukan lagi."

(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini