Pelanggaran itu termasuk para tahanan yang ditutup matanya dan terpaksa memakai popok, CNN melaporkan.
Mereka menggambarkan kondisi suram yang dihadapi tahanan Palestina di Sde Teiman, di mana menurut mereka, para tahanan tidak diperbolehkan bergerak, berbicara, atau bahkan mengintip lewat penutup mata.
"Kami diberi tahu, mereka (para tahanan) tidak diperbolehkan bergerak. Mereka harus duduk tegak. Mereka tidak diperbolehkan biccara. Tidak diperbolehkan mengintip melalui penutup mata," ujar seorang pelapor kepada CNN.
Penjaga diperintahkan untuk tetap menjaga keheningan dengan menggunakan perintah dalam bahasa Arab, seperti uskot yang berarti diam.
Penjaga juga ditugaskan mengidentifikasi dan menghukum individu yang diberi label "bermasalah".
Mereka, para pelapor, menggambarkan "penggeledahan rutin ketika para penjaga melepaskan anjing-anjing besar ke arah tahanan yang sedang tidur, melemparkan granat suara saat pasukan menerobos masuk."
Baca juga: 17 Negara Larang Warga Israel Masuk Wilayah Mereka, Murka atas Genosida di Gaza
Menurut pelapor, pemukulan terhadap tahanan kerap dilakukan karena rasa dendam, bukan bermaksud untuk mendapatkan informasi.
Salah satu dari pelapor menceritakan bagaimana dia menyaksikan amputasi yang dilakukan terhadap tahanan pria.
Tahanan itu diamputasi karena menderita luka-luka di pergelangan tangannya yang diikat terus-menerus.
Sebagai informasi, Sde Teiman terletak sekitar 18 mil dari pagar pemisah Gaza.
Fasilitas itu dibagi menjadi dua bagian, ruang tertutup di mana sekitar 70 tahanan Palestina harus menjalani pengekangan fisik yang ekstrem dan rumah sakit lapangan di mana tahanan yang terluka tidak dapat bergerak, hanya mengenakan popok, serta diberi makan menggunakan sedotan.
IDF Tahan 20 Warga Palestina di Tepi Barat
Menyusul kesaksian dokter Israel soal kondisi tahanan di kamp militer Sde Teiman, IDF kembali menahan 20 warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki, Senin (3/6/2024).
Media Palestina, WAFA, melaporkan penangkapan itu terjadi pada Minggu (2/6/2024) malam hingga Senin, menurut Komisi Urusan Tahanan dan Mantan Tahanan, serta Masyarakat Tahanan Palestina.
Mereka mengatakan dalam pernyataan bersama, jumlah total warga Palestina di Tepi Barat yang ditahan telah meningkat mencapai hampir 9.000 orang sejak 7 Oktober 2023.