"Sejak 7 Oktober lalu, lebih dari 2 juta orang terusir. Sebagian besar mereka terusir beberapa kali dari Gaza. Di awal mereka tergusur dari Gaza Utara ke Gaza Selatan. Lately dari Selatan mereka didorong untuk masuk ke Utara, dan Rafah menjadi target serangan Israel dengan alasan memburu tokoh-tokoh hamas," ungkapnya.
Hingga kini, kata Retno, ada 36.000 orang terbunuh oleh serangan tentara Israel.
Adapun mayoritas dari jenazah justru merupakan anak-anak yang menjadi korban kejahatan perang.
"Data menunjukkan 196 personel PBB terbunuh lebih dari 36.000 orang terbunuh, lebih 15 ribu di antaranya adalah anak-anak, 82.057 orang mengalami luka-luka, dan di Gaza sendiri ditemukan 10 kuburan massal," ungkapnya.
Di sisi lain, Retno mengungkap kondisi semakin diperparah lantaran rumah sakit yang beroperasi sangat minim.
Bahkan, sudah tidak ada lagi rumah sakit Indonesia yang bisa berfungsi di sejak November 2023 lalu.
"Pelayanan rumah sakit sangat minimal. hanya sedikit RS yang memberikan pelayanan kesehatan, itupun tidak maksimal. Rumah sakit Indonesia sudah tidak berfungsi, sejak November tahun lalu," katanya.
Lebih lanjut, Retno menuturkan bahwa Indonesia tetap berada di jalam diplomasi Gar bisa membela keadilan dan kemanusiaan di Palestina. Karena, hal itu termasuk ke dalam amanat konstitusi.
"Dan yang kedua adalah bagaimana diplomasi Indonesia dijalankan untuk membela keadilan kemanusiaan sesuai amanah konstitusi kita. All eyes on Palestine, Gaza, Rafah," pungkasnya.