Kajsa Ollongren, Menteri Pertahanan Belanda, baru-baru ini mengatakan kepada rekan-rekannya di UE bahwa pasokan listrik dan air, serta infrastruktur bawah laut, merupakan titik lemah tertentu.
Keir Giles, konsultan senior di lembaga think tank Chatham House berkata: “Ini adalah sesuatu yang harus diwaspadai semua orang karena ini adalah contoh lain dari aktivitas permusuhan Rusia yang berupaya mengganggu negara kita dan bisa menjadi persiapan untuk sesuatu yang lebih parah.”
Hal ini juga menimbulkan pertanyaan apakah Barat mampu menangani ancaman jahat dari negara yang bermusuhan, setelah sekian lama fokus pada upaya pemberantasan pemberontakan di Timur Tengah.
Alexander Lord, analis utama Eropa-Eurasia di Sibylline, sebuah firma risiko geopolitik berkata:
“Ada kesenjangan kemampuan dalam hal ini. Fokus pada kontra-terorisme pasca 9/11 sangatlah penting, namun situasi internasional yang relatif baik, selain ancaman teror, setelah jatuhnya Uni Soviet telah menimbulkan rasa puas diri terhadap kekuatan besar, persaingan dan konfrontasi dari masa lalu."
“Invasi ke Ukraina telah secara radikal mengubah anggapan tersebut dan badan-badan intelijen Barat, kepolisian, dan militer kini berusaha keras untuk menutup kesenjangan kemampuan mengingat betapa parahnya ancaman aktor negara.”
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)