TRIBUNNEWS.COM – Pasukan Amerika Serikat mengklaim berhasil menghancurkan empat drone dan dua rudal balistik anti-kapal milik milisi Houthi di wilayah Yaman.
Kelompok Houthi yang didukung Iran selama ini menargetkan kapal-kapal barang yang berlayar di Laut Merah dan Teluk Aden termasuk kapal-kapal yang terafiliasi dengan Israel.
Serangan Houthi terhadap kapal-kapal niaga tersebut berlangsung sejak November 2023 sebagai bentuk solidaritas Houthi terhadap warga Palestina yang mengalami genoside massal oleh Israel di Gaza.
Serangan-serangan Houthi yang masif di Teluk Aden dan Laut Merah menimbulkan ancaman keamanan yang signifikan terhadap jalur pelayaran internasional utama.
Amerika Serikat berang. Bersama Inggris sejak bulan Januari 2024, AS melakukan serangan yang bertujuan untuk melemahkan kemampuan Houthi dalam menargetkan pelayaran.
“Pasukan Komando Pusat AS [USCENTCOM] berhasil menghancurkan empat UAS dan dua ASBM di wilayah Yaman yang dikuasai Houthi,” kata komando militer dalam sebuah postingan di media sosial, menggunakan singkatan dari sistem pesawat tak berawak dan rudal balistik anti-kapal.
“Pasukan USCENTCOM juga berhasil menghancurkan satu UAS yang diluncurkan dari wilayah Yaman yang dikuasai Houthi ke Selat Bab Al Mandab,” kata CENTCOM, seraya menambahkan bahwa pasukan Amerika juga menghancurkan sebuah kapal patroli Houthi.
Houthi meluncurkan empat rudal balistik anti-kapal di atas Laut Merah dalam 24 jam terakhir, namun “tidak ada korban luka atau kerusakan yang dilaporkan oleh kapal AS, koalisi, atau komersial”, kata komando militer.
Baca juga: Houthi dan Perlawanan Islam Irak Kompak Serang Kapal Israel di Pelabuhan Haifa
Serangan Houthi telah menyebabkan melonjaknya biaya asuransi bagi kapal-kapal yang transit di Laut Merah dan mendorong banyak perusahaan pelayaran untuk menempuh perjalanan yang jauh lebih lama di sekitar ujung selatan Afrika.
Baca juga: Bela Palestina, Rudal Houthi Sasar 3 Kapal AS di Laut Merah
Saluran televisi Houthi, Al Massirah, mengatakan ada serangan udara di ibu kota Yaman, Sanaa, dan tempat lain di negara itu pada hari Jumat, 7 Juni 2024.
Namun laporan tersebut tidak dapat dikonfirmasi secara independen, dan tidak jelas apakah serangan tersebut terkait dengan insiden yang dijelaskan oleh CENTCOM.