Diperkirakan 2 juta ranjau tersebar di dalam dan dekat perbatasan, yang juga dijaga oleh pagar kawat berduri, perangkap tank, dan pasukan tempur di kedua sisi.
Zona itu adalah peninggalan Perang Korea tahun 1950-1953, yang berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.
Sementara itu pada hari Minggu, Korea Selatan melanjutkan siaran propaganda anti-Pyongyang dari pengeras suara di perbatasan.
Aksi itu merupakan tanggapan terhadap peluncuran balon-balon berisi kotoran dan sampah yang diterbangkan Korea Utara ke Korea Selatan.
Korea Selatan mengatakan, Korea Utara telah memasang pengeras suara di perbatasan sebagai respons, namun belum menyalakannya.
Korea Utara menyebut, pihaknya mengirim balon tersebut karena sejumlah aktivis Korea Selatan menyebarkan selebaran propaganda yang mengkritik pemerintahan otoriter Kim Jong Un.
Aktivis-aktivis itu juga mengirimkan stik USB yang berisi lagu-lagu K-pop dan drama Korea Selatan, serta barang-barang lainnya.
Korea Utara sangat sensitif terhadap kritik dari luar terhadap sistem politiknya.
Sebab, sebagian besar dari 26 juta penduduknya tidak memiliki akses resmi terhadap dunia luar.
Baca juga: Korea Selatan Berencana Tangguhkan Perjanjian Militer dengan Korea Utara Buntut Insiden Balon Sampah
Pada Minggu malam, saudara perempuan Kim Jong Un sekaligus dan pejabat senior, Kim Yo Jong, memperingatkan adanya balasan baru jika Korea Selatan terus menyiarkan propaganda melalui pengeras suara dan menolak menghentikan kampanye selebaran sipil.
Saling balas dendam atas pengeras suara dan balon – keduanya merupakan perang psikologis ala Perang Dingin – telah memperdalam ketegangan antara kedua Korea seiring dengan perundingan mengenai ambisi nuklir Korea Utara yang terhenti selama bertahun-tahun.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)