TRIBUNNEWS.COM - Sayap bersenjata Hamas pada hari Jumat (14/6/2024) mengumumkan, 2 sandera Israel tewas akibat serangan udara IDF di Rafah beberapa hari yang lalu.
Meski begitu, Al-Qassam tidak menyebutkan identitas para sandera yang tewas.
Mereka juga tidak memberikan gambar apa pun atau memberikan informasi tambahan tentang mereka.
Dalam video yang dirilis di Telegram, Al-Qassam mengatakan, Netanyahu berbohong kepada para sandera terhadap janjinya.
Netanyahu mengeklaim, akan membebaskan mereka, namun hal tersebut hanya sebuah janji belaka.
Menurut Al-Qassam, Netanyahu tidak peduli dengan sandera dan hanya menunggu kematian mereka.
"Pemerintah Israel tidak ingin sandera kembali, kecuali dalam peti mati,” kata pernyataan Brigade al-Qassam, dikutip dari Asharq Al-Aaswat.
Sebelumnya, Israel mengumumkan pasukannya menyelamatkan 4 sandera di kamp Nuseirat pada hari Sabtu (8/6/2024).
Keempat sandera tersebut, di antaranya, Noa Argamani, 26, Almog Meir Jan, 22, Andrey Kozlov, 27, dan Shlomi Ziv, 4.
Namun operasi Israel di Nuseirat ini telah mengakibatkan terbunuhnya 274 orang, termasuk 64 anak-anak dan 57 wanita, serta melukai hampir 700 orang lainnya.
Dalam operasi tersebut, Israel diketahui melakukan penyamaran.
Mereka menggunakan truk bantuan dan mobil sipil untuk menyelamatkan para sandera.
Baca juga: Jebakan Presisi Al Qassam, Detail Tewasnya Perwira & Tentara Elite Brigade Givati IDF di Shaboura
Tidak hanya itu, dalam operasi tersebut, ternyata tim intelijen Amerika Serikat ternyata ikut membantu Israel.
Sumber-sumber Israel dan AS mengatakan kepada The New York Times, AS memberikan informasi intelijen mengenai tawanan Israel yang diambil dari Gaza pada hari Sabtu.