TRIBUNNEWS.COM - Presiden Rusia, Vladimir Putin dikabarkan akan mengunjungi Korea Utara untuk bertemu Presiden Kim Jong Un pada bulan ini.
Rencana kunjungan ini merupakan kunjungan balasan setelah Kim pergi ke Rusia selama seminggu pada September 2023.
Pada kunjungan di Rusia, kedua belah pihak sepakat, Korea Utara akan menerima dalam program luar angkasa yang merupakan imbalan atas bantuan senjata yang diberikan oleh Kim Jong Un, dikutip dari The Guardian.
Desas-desus tentang kunjungan ini muncul mulai Senin (10/6/2024).
Tepatnya setelah surat kabar Rusia, Vedomosti melaporkan bahwa Putin akan mengunjungi Korea Utara dan Vietnam dalam beberapa minggu mendatang.
Saat diberi pertanyaan terkait kunjungan tersebut, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menolak memberikan rincian tanggal kunjungan.
Menurutnya, Rusia memiliki hak untuk menjalin hubungan baik dengan siapapun.
“Kami mempunyai hak untuk mengembangkan hubungan baik dengan tetangga kami dan hal ini tidak boleh menimbulkan kekhawatiran bagi siapa pun,” kata Peskov.
Tidak hanya sebagai tetangga, Peskov juga telah menganggap Korea Utara sebagai sahabat mereka.
"Korea Utara adalah negara sahabat bagi kami, yang dengannya kami mengembangkan hubungan bilateral," katanya.
Dengan tegas, Peskov mengatakan bahwa mereka akan melakukan kerja sama lebih lanjut.
“Kami akan melakukan itu lebih lanjut. Potensi perkembangan dalam hubungan kita sangat besar," tegasnya.
Kabar kunjungan Putin ke Korea Utara tampaknya membuat Amerika Serikat dan Korea Selatan panik.
Baca juga: Reaksi Menteri Pertahanan AS soal Syarat Gencatan Senjata dari Vladimir Putin untuk Akhiri Perang
Pasalnya, AS dan Korsel sebelumnya telah memperingatkan Putin untuk tidak menjalin hubungan militer yang lebih erat dengan Korea utara.
Para pejabat Korea Selatan dan AS mengatakan kunjungan tersebut merupakan pelanggaran Rusia terhadap Resolusi Dewan Keamanan PBB.
Menurut Kementerian Luar Negeri Seoul pada Jumat (16/6/2024), Wakil Menteri Luar Negeri Kim Hong-kyun telah menghubungi Wakil Menteri Luar Negeri AS Kurt Campbell melalui telepon atas rencana Putin ini.
Dalam panggilan darurat tersebut, keduanya mengatakan bahwa Putin tidak seharusnya melakukan kunjungan ke negara tersebut untuk melakukan kerja sama militer.
Mereka menganggap bahwa dengan kunjungan Putin ke Korsel akan meningkatkan ketegangan.
“Sambil terus memantau perkembangan terkait, kedua belah pihak sepakat untuk secara tegas merespons melalui kerja sama yang erat terhadap provokasi Korea Utara terhadap Korea Selatan dan tindakan yang meningkatkan ketegangan di kawasan,” kata kementerian, dikutip dari Al Jazeera.
Untuk mengatasi potensi ketidakstabilan dan tantangan regional yang disebabkan oleh kunjungan tersebut, Campbell berjanji akan tetap melakukan kerja sama dengan Korea Selatan.
Sebelumnya, AS menuduh Rusia menggunakan rudal dan peluru buatan Korea Utara dalam perang melawan Ukraina..
Namun hal tersebut dibantah oleh Putin maupun Kim Jong Un.
Menurut Putin, tuduhan tersebut tidak masuk akal.
Sementara pemantau saksi PBB mengatakan bahwa puing-puing dari rudal yang mendarat di kota Kharkiv di Ukraina pada 2 Januari berasal dari rudal balistik seri Hwasong-11 Korea Utara yang diluncurkan dari wilayah Rusia.
(Tribunnews.com/Farrah Putri)
Artikel Lain Terkait AS, Korea Selatan, Korea Utara dan Konflik Rusia vs Ukraina