TRIBUNNEWS.COM, TAIWAN - Perang di Eropa antara Ukraina dengan Rusia belum juga reda sampai hari ini.
Termasuk perang di Gaza dengan invasi militer Israel ke wilayah Palestina itu juga semakin membara saban tiap hari dengan jumlah korban tewas sipil yang terus bertambah.
Tak ada tanda-tanda perang di dua benua itu akan reda.
Dua Korea Bersitegang
Kini, dua Korea yakni Korea Utara dan Korea Selatan yang sejak dulu 'perang dingin' kini tampaknya kembali bersitegang.
Hal itu diawali dari provikasi Korea Utara yang mengirim 300-an balon berisi kotoran ke wilayah Korea Selatan.
“Korea Utara kembali melakukan provokasi kelas bawah dengan balon sampah terhadap wilayah sipil kami,” tulis Wali Kota Seoul Oh Se-hoon dalam postingan Facebooknya pekan lalu.
Tindakan itu dibalas Korea Selatan dengan memulai kembali siaran propaganda melalui pengeras suara ke Korea Utara.
Baca juga: BREAKING NEWS: Israel Umumkan Serang Lebanon, Jet-jet Tempur Israel Lalu Lalang di Lebanon Selatan
Kemarin, sekitar 30 tentara Korea Utara memasuki perbatasan Korea Selatan.
Tindakan puluhan tentara Korea Utara itu dibalas dengan tembakan peringatan dari tentara Korea Selatan.
Insiden itu terjadi sekitar pukul 08:30 pagi waktu setempat ketika sekelompok tentara Korea Utara di bagian tengah Zona Demiliterisasi (DMZ) melintasi garis demarkasi militer.
Demikian kantor berita Yonhap melaporkan mengutip Staf Kepala Gabungan (JCS).
JCS mengatakan kelompok tersebut segera kembali setelah pasukan Korea Selatan melepaskan tembakan peringatan dengan mengatakan mereka yakin penyeberangan tersebut tidak disengaja.
Insiden serupa terjadi di zona tengah DMZ lebih dari seminggu yang lalu.
Militer Korea Selatan juga mengatakan bahwa beberapa tentara Korea Utara terluka atau tewas akibat ledakan ranjau darat di kawasan perbatasan, namun tidak menyebutkan kapan kejadian tersebut terjadi.
DMZ dan garis kendali di Semenanjung Korea adalah salah satu perbatasan yang paling dijaga dan dijaga ketat di dunia.
“Banyak korban jiwa terjadi akibat beberapa ledakan ranjau darat di area garis depan,” kata JCS kepada wartawan.
Insiden ini terjadi ketika pemimpin Korea Utara Kim Jong Un bersiap menyambut kunjungan Presiden Rusia Vladimir Putin di Pyongyang.
Ketegangan di Taiwan-China
China yang mengklaim Taiwan sebagai bagian dari provinsi di China terus melakukan provokasi.
Menteri Pertahanan Taiwan mengatakan pada Selasa (18/6/2024) mengatakan kapal selam nuklir milik militer China muncul di Selat Taiwan.
Kemunculan kapal perang nuklir China yang dipergoki oleh nelayan Taiwan ini menjadi isu sensitif ketegangan China-Taiwan.
Selat sempit yang memisahkan Taiwan dari China sering menjadi sumber ketegangan.
Taiwan melaporkan adanya pesawat dan kapal perang China yang beroperasi di sana setiap hari, saat berupaya menegaskan klaim kedaulatannya terhadap pulau yang diperintah secara demokratis itu.
Ketika ditanya tentang kapal selam tersebut, Menteri Pertahanan Taiwan Wellington Koo mengatakan bahwa mereka telah "menguasai" situasi intelijen tetapi menolak untuk menjelaskan bagaimana mereka memantau atau memberikan rincian lebih lanjut.
Sumber keamanan yang mengetahui situasi tersebut mengatakan kepada Reuters bahwa kapal selam tersebut kemungkinan besar kembali ke pelabuhan asalnya di Qingdao dari Laut China Selatan.
Kapal selam rudal balistik tidak dirancang untuk menyerang kapal, tetapi untuk meluncurkan rudal balistik ke sasaran di darat.
Armada pesawat anti-kapal selam P-3C Orion Taiwan berpangkalan di pangkalan udara Pingtung di Taiwan selatan, sehingga memberikan akses mudah ke bagian selatan selat.
Kementerian Pertahanan Taiwan dalam laporan hariannya menunjukkan aktivitas militer Tiongkok pada Selasa pagi.
Taiwan mendeteksi 20 pesawat militer dan tujuh kapal China di sekitar pulau itu dalam 24 jam terakhir.
Kementerian Pertahanan China belum memberikan tanggapan hal itu.
Namun kabar terbaru menyebutkan Presiden China Xi Jinping mengatakan kepada Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen bahwa Amerika Serikat berusaha membujuk Beijing untuk menyerang Taiwan.
Hal tersebut diungkapkan oleh sejumlah orang yang mengetahui permasalahan itu.
Melansir Financial Times yang mendapat informasi dari salah satu sumber, pemimpin China itu juga telah menyampaikan peringatan tersebut kepada pejabat dalam negeri di negaranya sendiri.
Xi mengeluarkan peringatan tersebut dalam pertemuan dengan von der Leyen pada bulan April 2023 yang dijelaskan kepada Financial Times oleh beberapa sumber.
Ia mengatakan AS berusaha mengelabui China agar menginvasi Taiwan, namun ia tidak mau menerima umpan tersebut.
Pihak lain mengatakan Xi telah mengeluarkan peringatan serupa kepada pejabatnya.
Pernyataan tersebut memberikan gambaran mengenai pemikiran Xi mengenai Taiwan.
Saat ini, Taiwan merupakan masalah paling pelik dalam hubungan AS-China.
Beberapa akademisi dan pensiunan perwira militer China mengklaim bahwa Amerika berusaha memprovokasi Beijing dengan memberikan senjata ke Taiwan dan mendorong tindakan lain untuk mendorong China ke dalam konfrontasi militer.
Sumber: AFP/Reuters/Yonhap