Komandan Brigade ke-12 Israel: Hamas Mempelajari Kami, Bodoh Kalau Bilang Operasi Rafah Selesai Cepat
TRIBUNNEWS.COM - Seorang Komandan Brigade ke-12 Israel, Kolonel Avri Elbaz mengatakan pemberantasan jaringan - yang diistilahkan Tentara Israel (IDF) dengan dismantled (pembongkaran) Hamas di Rafah, Gaza Selatan akan memakan waktu setidaknya dua tahun lagi.
Dilansir Khaberni, Sabtu (29/6/2024), satu di antara perwira lapangan tentara IDF menembahkan, operasi militer di Rafah tidak akan selesai dalam waktu singkat.
Baca juga: Maut Menanti Israel di Rafah, Bersiap Hadapi Terowongan Maut, Ruang Komando, Markas Rahasia Hamas
"Siapa pun yang percaya bahwa sirene akan berhenti tahun depan adalah tindakan yang bodoh," katanya .
Ia menegaskan, tugas melenyapkan Hamas beserta jaringan organisasi dan infrastrukturnya tidaklah mudah dan membutuhkan waktu serta tekanan militer yang besar.
"Pertempuran di Rafah berlangsung lambat dan pejuang Hamas telah mempelajari kami," katanya.
Dia menyatakan kalau Hamas melancarkan perang gerilya di Rafah yang terdiri dari kelompok-kelompok independen, sehingga tugas untuk mengatasinya menjadi lebih sulit.
Baca juga: Tiga Fase Agresi Militer Tentara Israel di Gaza, Apa Artinya? Qassam Kini Lakukan Pertahanan Aktif
Sesumbar Netanyahu
Pernyataan seorang komandan IDF itu kontradiktif dengan pernyataan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
Pekan ini Netanyahu mengatakan pertempuran sengit yang dilakukan tentara Israel melawan pejuang Hamas di kota Rafah di Jalur Gaza selatan akan segera berakhir.
“Fase kekerasan dalam pertempuran melawan Hamas akan segera berakhir. Ini tidak berarti bahwa perang akan segera berakhir, tetapi perang dalam fase kekerasan akan segera berakhir di Rafah," kata Netanyahu dalam wawancara dengan Channel 14 Israel, Minggu (23/6/2024).
Ia menekankan, meski pasukan Israel mundur dari Rafah, hal ini bukan berarti serangan mereka di Jalur Gaza telah berakhir.
Baca juga: Tentara Israel Otw Lebanon, IDF Serang Besar-besaran Pusat Kota Rafah, Bombardir Sheikh Ajlin
“Setelah fase kekerasan berakhir, kami akan mengerahkan kembali sebagian pasukan kami ke arah utara, dan kami akan mengerahkan kembali pasukan kami ke arah utara, bukan hanya untuk tujuan pertahanan, tetapi juga untuk mengembalikan penduduk (pengungsi) ke rumah mereka,” lanjutnya.
Perdana Menteri Israel itu merujuk pada meningkatnya pertempuran antara Israel dan Hizbullah Lebanon di perbatasan Israel utara, wilayah Palestina yang diduduki, dan perbatasan Lebanon selatan.
Sebagian besar warga Israel yang tinggal di perbatasan tersebut mengungsi karena serangan dari Hizbullah yang semakin intens.
Di sisi lain, Netanyahu juga menekankan dia tidak akan menerima perjanjian “parsial” apa pun dengan Hamas dan tetap melanjutkan pertempuran di Jalur Gaza.
Baca juga: Tentara Israel Kembali Serbu Shaboura, Qassam Sambut dengan Serangan Jarak Dekat: Ranpur IDF Hangus
“Tujuannya adalah untuk memulihkan para sandera dan menggulingkan rezim Hamas di Gaza," tambahnya.
Menanggapi pertanyaan tentang fase pascaperang di Jalur Gaza, Netanyahu menjelaskan Israel akan memiliki peran dalam jangka pendek melalui “kontrol militer.”
“Kami juga ingin membentuk pemerintahan sipil, bekerja sama dengan warga Palestina setempat jika memungkinkan, dan mungkin dengan dukungan eksternal dari negara-negara di kawasan, untuk mengelola pasokan kemanusiaan dan, kemudian, urusan sipil di Jalur Gaza," katanya.
Sejak 8 Oktober 2023, Hizbullah menyatakan bergabung dengan perlawanan membela rakyat Palestina yang menghadapi agresi Israel di Jalur Gaza dan Tepi Barat.
Hizbullah menyerang sasaran militer Israel di perbatasan Israel utara, wilayah Palestina yang diduduki, dari wilayah Lebanon selatan yang merupakan basis militer Hizbullah.
Hizbullah berjanji hanya akan berhenti menyerang perbatasan jika Israel menghentikan agresinya terhadap rakyat Palestina dan mencapai gencatan senjata dengan gerakan perlawanan Palestina, Hamas, di Jalur Gaza, sebuah tawaran yang ditolak Israel.
Hapus Klaim Kemenangan IDF
Sepanjang pekan ini, Brigade Al-Qassam berulang kali melakukan sergapan di Rafah yang sekali lagi menantang klaim Israel bahwa IDF segera mengumumkan kekalahan milisi pembebasan Palestina itu di Rafah.
Baca juga: Pasukan Israel Bersiap Umumkan Kekalahan Brigade Al Qassam Seusai Pertempuran di Rafah
Dalam banyak momen, Al Qassam mendokumentasikan serangan dan pengambilan rekaman rinci dari ambushment yang mereka lakukan ke IDF di Rafah.
Mulai dari penggunaan rudal jenis baru hingga operasi penembak runduk, dipublikasikan Al Qassam secara teratur untuk menunjukkan bukti kemampuan Perlawanan yang berkelanjutan untuk mempertahankan kota-kota di Jalur Gaza, meskipun terjadi perang selama lebih dari 260 hari di wilayah yang terkepung.
Baca juga: Seputar Red Arrow, Rudal Anti-tank yang Rontokkan Klaim Kemenangan Israel atas Al Qassam di Rafah
Baca juga: Sniper Qassam Beraksi di Rafah, Prajurit Israel Unit Elite Batalyon 931 Brigade Nahal Ambruk di Atap
Sebelumnya, Al Qassam juga menunjukkan video rekaman operasi penting yang dilakukan di Rafah pada Minggu (23/6/2024), di mana pasukan anti-lapis baja menyerang dan menghancurkan sebuah pengangkut personel lapis baja (APC) IDF.
Operasi tersebut menandai momen penting dalam konfrontasi Perlawanan dengan invasi Israel ke Rafah, karena mereka pertama kali menggunakan peluru kendali anti-tank (ATGM) di wilayah tersebut.
Serangan ini dinilai juga menghapus klaim Israel yang segera mengumumkan kekalahan Brigade Al-Qassam di Rafah.
(oln/khbrn/*)