Meskipun serangan roket dan pesawat tak berawak lebih sering terjadi di Utara dalam beberapa bulan terakhir, serangan roket di Israel selatan, selama beberapa minggu terakhir, tetap terjadi hampir setiap hari.
Pertempuran Sengit di Shujaiya
Sebelum Hamas meluncurkan puluhan roketnya, pertempuran sengit terjadi di Distrik Shujaiya Kota Gaza pada hari Minggu (30/6/2024).
Militer Israel mengatakan pasukan darat dan udara telah melakukan penggerebekan terhadap kompleks yang digunakan oleh militan dan “menghilangkan beberapa orang” selama 24 jam terakhir.
Mereka juga melaporkan bentrokan di Gaza tengah dan wilayah Rafah selatan, seminggu setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa “fase intens” perang yang berkecamuk sejak 7 Oktober hampir berakhir.
Baca juga: Pernah Dipantau, Hizbullah Mantap Luncurkan Drone ke Golan, 18 Tentara Israel Terluka
Dikutip dari Arab News, badan kemanusiaan PBB OCHA memperkirakan “60.000 hingga 80.000 orang mengungsi” dari Shujaiya sejak pertempuran baru terjadi di sana pada hari Kamis.
Bagi mereka yang masih tinggal, “hidup kami seperti neraka,” kata Siham Al-Shawa (50), warga Shujaiya.
Dia mengatakan kepada AFP bahwa orang-orang terjebak karena serangan bisa terjadi “di mana saja” dan “sulit untuk keluar dari lingkungan yang diserang”.
"Kami tidak tahu ke mana harus pergi untuk melindungi diri kami sendiri," katanya.
Netanyahu mengatakan “pasukan Israel beroperasi di Rafah, Shujaiya, dan di mana pun di Jalur Gaza”.
Menurut pernyataan dari kantor Netanyahu, ia mengatakan kepada kabinetnya bahwa “puluhan Hamas dibasmi setiap hari”.
Baca juga: Biadab, Ben Gvir Serukan Eksekusi Tahanan Palestina di Penjara Israel dengan Cara Ditembak di Kepala
Enam orang tewas dalam serangan udara dini hari yang menargetkan sebuah rumah di Rafah, kata petugas medis di Rumah Sakit Nasser tempat jenazah diambil.
Penembakan artileri juga mengguncang beberapa bagian kota, kata para saksi mata.
"Semuanya hanyalah puing-puing," kata Louise Wateridge dari UNRWA.
"Tidak ada air di sana, tidak ada sanitasi, tidak ada makanan. Dan sekarang, orang-orang kembali tinggal di gedung-gedung kosong ini," lanjutnya.
(Tribunnews.com/Whiesa)