TRIBUNNEWS.COM – Militer pertahanan Israel pekan ini membebaskan sekitar 50 tahanan asal Palestina, termasuk di antaranya direktur Kompleks Medis Al-Shifa di Kota Gaza, Dr Mohammed Abu Salmiya.
Dr Mohammed Abu Salmiya resmi dibebaskan setelah IDF menahannya selama lebih dari tujuh bulan.
Mengutip Al Arabiya, Dr Mohammed Abu Salmiya diringkus militer Israel pada 23 November tahun lalu atas tuduhan telah bersekutu dengan militan Hamas.
Tak hanya itu, IDF juga menuding kompleks medis tersebut telah digunakan sebagai markas persembunyian militan Hamas, setelah menemukan sebuah terowongan di dalam kompleks medis tersebut.
Tudingan itu yang membuat IDF meringkus Dr Salmiya bersama 54 warga dan staf rumah sakit yang berada di kompleks Medis Al-Shifa di Kota Gaza.
Tahanan Hanya Makan Sepotong Roti
Setelah dibebaskan militan Israel pada awal pekan ini, Dr Salmiya mengungkap bahwa dirinya dan para tahanan mengalami "kondisi tragis”.
Ia mengonfirmasi para tahanan Palestina menghadapi kekurangan pangan akut.
Ini lantaran selama di penjara para tawanan hanya diberikan makanan berupa sepotong roti sehari.
Mirisnya, warga Palestina yang ditahan juga disebut tak mendapat air minum bersih.
Para Tawanan Disiksa Setiap Hari
Tak hanya menghadapi kekurangan pangan, para tawanan juga mengalami penyiksaan selama berada di penjara IDF.
Baca juga: Israel Tak Henti Langgar Hukum Internasional, Kini Legalkan Pos Yahudi di Tanah Palestina
Dr Salmiya mengatakan, para dokter dan perawat dari Israel bahkan ikut memukuli dan menyiksa para tahanan Palestina.
Mereka memperlakukan tubuh para tahanan seolah-olah mereka adalah benda mati.
"Setiap tahanan yang ditahan oleh pasukan Israel kehilangan berat badan sekitar 30 kg, dan tidak diberi makan," jelasnya.
Tak hanya patah tulang, sejumlah tahanan juga kedapatan mengalami luka pukul di daerah leher dan kepala hingga memicu penumpukan gumpalan darah.
Sementara yang lainnya dilaporkan mengalami kesulitan bernapas, luka dan cakaran, serta bengkak di bagian tangan.
Hal ini senada dengan pernyataan kelompok hak asasi Palestina yang Mei lalu melaporkan seorang dokter bedah senior di RS Al-Shifa telah meninggal di penjara Israel setelah ditahan.
Namun, Militer Israel mengatakan tidak mengetahui kematian tersebut.
Otoritas Israel terus menolak memberikan memberikan tanggapan terkait penganiayaan sadis yang dilakukan para militernya terhadap tahanan Palestina.
Bukan Kali Pertama yang Dialami Warga Palestina
Kasus penganiayaan seperti ini bukan kali pertama yang dilakukan militer Israel, meski mendapat banyak kecaman dari sejumlah negara. Namun hal tersebut tak lantas membuat Israel jera.
Pada pembebasan sandera sebelumnya, seorang tahanan, Mohammed Nazzal dari kota Qabatiya, mengungkap mengalami perlakuan tak manusiawi selama ditahan di penjara Negev.
"Saya ditangkap tiga bulan lalu dan ditahan secara administratif," ungkap Nazzal.
“Namun sebelum dibebaskan kami dipukuli secara kejam dengan batangan besi. Saya meletakkan tangan saya di kepala saya untuk melindunginya dari cedera, tetapi tentara tidak berhenti sampai mereka mematahkan tangan saya,” tambah Nazzal.
Setelah mendapat penganiayaan hingga mengalami patah tulang tangan, tentara Israel justru sengaja mengabaikan Nazzal.
Hingga bocah berusia 18 tahun itu didiagnosa menderita komplikasi serius dan membutuhkan perawatan medis mendalam.
Selain kekerasan fisik, para tahanan Palestina juga mengalami perlakuan yang tidak manusiawi selama masa tahanan mereka.
Kelompok Hak Asasi Manusia melaporkan bahwa Layanan Penjara bawah tanah Israel membatasi akses air, makanan, perawatan medis, dan barang-barang komunal bagi para tahanan.
(Tribunnews.com/ Namira Yunia)