Pembebasan Direktur RS Al-Shifa Dr Muhammad Abu Salmiya Memicu Ketegangan Politik di Israel
TRIBUNNEWS.COM- Pembebasan direktur Rumah Sakit Al-Shifa memicu ketegangan politik di internal Israel.
Dr Muhammad Abu Salmiya, direktur Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza, dibebaskan pada Senin pagi setelah ditahan selama berbulan-bulan oleh otoritas Pendudukan Israel.
Penahanannya, yang dimulai pada November 2023, berasal dari peristiwa selama serangan militer “Israel” di rumah sakit tersebut, di mana dia ditahan saat berpartisipasi dalam konvoi kemanusiaan yang dipimpin PBB untuk mengevakuasi pasien.
Abu Salmiya, bersama sekitar 50 tahanan lainnya, termasuk staf medis dan pasien, dibebaskan ke rumahnya di Deir al-Balah di Gaza tengah.
Dalam konferensi pers setelah pembebasannya, Abu Salmiya merinci penganiayaan parah yang dialami para tahanan, dengan alasan penyiksaan, perampasan hak-hak dasar, dan perawatan medis serta makanan yang tidak memadai.
Dia mengutuk perilaku para dokter Pendudukan Israel di penjara, menuduh adanya kekejaman dan kekerasan fisik, dan mengkritik apa yang dia gambarkan sebagai pengabaian nilai-nilai kemanusiaan oleh pasukan pendudukan.
Kisah Abu Salmiya mengenai penganiayaan dan penyiksaan parah di penjara-penjara Pendudukan Israel sejalan dengan keprihatinan internasional yang sedang berlangsung.
“Kami menjadi sasaran penyiksaan yang kejam,” katanya. “Pasukan pendudukan menyerbu sel tahanan dan menyerang mereka hampir setiap hari.”
Para tahanan diberi satu potong roti sehari selama dua bulan berturut-turut, menurut Abu Salmiya.
Pelapor Khusus PBB untuk Penyiksaan, Alice Jill Edwards, sebelumnya menyoroti pola pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh otoritas “Israel”, termasuk tuduhan pelecehan sistematis dan kurangnya transparansi dalam menangani tahanan Palestina.
Penahanan Abu Salmiya dimulai selama periode penuh gejolak di Rumah Sakit Al-Shifa, yang menurut para pejabat militer “Israel” digunakan sebagai pusat komando dan kendali Hamas.
Terlepas dari klaim tersebut, tidak ada bukti yang diberikan untuk mendukung pernyataan bahwa rumah sakit tersebut menampung aset Hamas.
Rumah sakit tersebut, yang merupakan fasilitas medis terbesar di Gaza, mengalami serangan berulang kali, termasuk serangan destruktif selama dua minggu pada bulan Maret yang menyebabkan fasilitasnya rusak parah.