Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia
TRIBUNNEWS.COM, ASTANA – Ditengah situasi internasional yang bergejolak, pemimpinan tertinggi di Rusia Vladimir Putin dilaporkan tengah menggelar pertemuan dengan Presiden China Xi Jinping di Astana, Kazakhstan dalam sesi tahunan Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO).
Pada pertemuan tersebut Putin memuji Xi, pemimpin Rusia tersebut mengatakan kemitraan komprehensif dan kerjasama strategis antara Moskow dan Beijing sedang mengalami periode terbaik dalam sejarah.
"Kerja sama kami tidak ditujukan untuk melawan siapapun, kami tidak menciptakan blok atau aliansi apa pun, kami hanya bertindak demi kepentingan rakyat kami," ujar Putin.
Baca juga: Bertemu Xi, Putin: Hubungan Rusia-Cina Ada dalam Kondisi ‘Terbaik’
Sementara itu dalam sambutannya di televisi, Xi memuji kemajuan kerja sama China dan Rusia, sambil menambahkan bahwa kedua negara harus mengembangkan keharmonisan di tengah hubungan situasi internasional dan lingkungan eksternal yang bergejolak.
"Dalam menghadapi situasi internasional dan lingkungan eksternal yang bergejolak, kedua pihak harus terus menjunjung tinggi aspirasi awal persahabatan untuk generasi mendatang," kata Xi.
Tatap muka ini menjadi pertemuan kedua yang digelar Putin dan Xi, menandai kelanjutan dari kemitraan erat yang menentang tatanan demokrasi yang dipimpin Amerika Serikat (AS).
Tak hanya Rusia dan China yang hadir dalam KTT SCO, sejumlah pemimpin negara lainnya juga turut bergabung dalam sesi tahunan Organisasi Kerjasama Shanghai.
Diantaranya Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev, Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif, Presiden Uzbekistan Shavkat Mirziyoyev, Presiden Tajikistan Emomali Rakhmon, dan Presiden Kyrgyzstan Sadyr Zhaparov.
Adapula Presiden Belarus Alexander Lukashenko, serta beberapa tamu lainnya termasuk Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev, dan Sekretaris Jenderal PBB António Guterres.
Mengutip dari Deutsche Welle, pertemuan KTT CSO yang digelar selama dua hari itu digagas para pemimpin negara-negara anggota SCO untuk mendiskusikan kondisi saat ini serta prospek untuk memperdalam kerjasama multisektoral di dalam organisasi ini.
Baca juga: Kecanggihan Mobil Dinas Vladimir Putin: Sekelas Tank Antibom dan Seberat Bus, Kecepatan 250 Km/Jam
Meski bersatu dalam sesi SCO, namun sejumlah negara masih ada yang terikat perbedaan politik seperti India dan Pakistan, membuat sulit mencapai kesepakatan kolektif. Kendati begitu bagi Putin, pertemuan ini merupakan simbol bahwa Rusia tidak berdiri sendiri di panggung internasional.
Bagaimana Hubungan Xi Jinping – Putin Terjalin
Hubungan Rusia dan China yang harmonis ternyata telah terjalin sejak beberapa tahun terakhir, kerja sama pertahanan antara Moskow dan Beijing semakin kuat sejak Presiden Rusia Vladimir Putin mengirim pasukannya ke Ukraina pada 24 Februari.
Di tengah memanasnya hubungan Rusia dengan negara – negara barat akibat invasi Moskow ke Kiev, pemerintah China nekat melakukan latihan gabungan dengan Rusia pada September lalu dengan mengirim lebih dari 2.000 tentara bersama dengan lebih dari 300 kendaraan militer, 21 pesawat tempur dan tiga kapal perang.
Tak hanya itu menurut laporan pejabat Gedung Putih, Beijing juga aktif menyediakan dukungan militer kepada Moskow serta membantu presiden Putin agar dapat menghindari sejumlah sanksi negara Barat.
Meski tindakan pemerintah China telah mendapat peringatan keras dari para pejabat AS, namun hal tersebut tak lantas membuat hubungan Rusia dan China merenggang. Keduanya justru makin harmonis hingga beberapa kali menggelar kerja sama di berbagai proyek.
Rusia belakangan ini dilaporkan semakin bergantung pada Tiongkok dimana negeri tirai bambu itu mewakili 18 persen dari seluruh perdagangan Rusia, sementara Rusia hanya mewakili 2 persen perdagangan Tiongkok.