Pasukan Israel, lanjutnya, juga menargetkan rumah, rumah sakit, sekolah, masjid, dan gereja.
4. Semua 24 batalion ikut turun perang
Di kesempatan yang sama, Ubaida juga menyampaikan pujiannya kepada gerakan-gerakan perlawanan di Palestina karena telah berjuang melawan Israel, yang didukung Amerika Serikat (AS) dan sekutu Barat, selama 9 bulan terakhir.
"Semua 24 batalion dan faksi perlawanan telah berperang dan mengalahkan musuh di berbagai wilayah di Gaza," ujar Ubaida.
Ia menambahkan, dunia telah melihat kejahatan pendudukan Israel di Gaza, yang mengungkap impotensi hukum kemanusiaan internasional.
5. Poros perlawanan terus bergerak
Ubaida menyoroti solidaritas front perlawanan di Lebanon, Irak, dan Yaman, dalam mendukung Palestina.
Baca juga: Drone Hizbullah Hantam Pangkalan Mata-mata Israel di Gunung Hermon, Ancaman Gallant Dianggap Remeh
Ia menyatakan, hati nurani negara-negara itu berpihak pada perlawanan Palestina.
Ubaida menambahkan, reaksi rakyat Palestina di wilayah bersejarah Palestina, Tepi Barat dan Yerusalem, tidak bisa dihindari.
"Perlawanan yang sedang berlangsung di Tepi Barat adalah respons alami Palestina terhadap genosida sistematis yang dilakukan Israel," katanya.
6. Netanyahu memanipulasi sandera Israel
Kembali membahas soal serangan 7 Oktober 2023, Ubaida mengatakan dokumen intelijen yang menunjukkan kegagalan Israel saat itu, hanya sebagian kecil dari apa yang akan diungkapnya nanti.
Ubaida berbicara kepada keluarga sandera Israel yang saat ini ditahan di Gaza.
Ia mengatakan nasib anak-anak para sandera dimanipulasi oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, untuk keuntungan pribadinya.
Ubaida menyimpulkan dengan mengatakan, klaim kemenangan mutlak Netanyahu adalah tentang kemenangan pribadinya dan kepuasan para ekstremis di pemerintahannya.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)