Bangkrutnya Eilat menjadi topik yang ramai dibicarakan di media sosial X. Ada yang menyebutkan bahwa Houthi telah mencapai tujuannya dalam melawan Israel.
Pada bulan Desember 2023 pelabuhan itu dilaporkan kehilangan 85 persen perdagangannya karena serangan Houthi.
Manajemen Eilat meminta bantuan keuangan dari pemerintah Israel. Namun, belum tentu pemerintah akan membantunya karena kondisi ekonomi sedang bergejolak.
Eilat “tercekik”
Eilat sebenarnya dilindungi oleh sistem pertahanan antirudal. Namun, hal itu tak bisa mencegah ekonomi Eilat memburuk karena serangan.
Golber menyebut Houthi berusaha “mencekik Eilat dan ekonominya”. Dia menyinggung banyaknya kapal yang memilih jalur mengitari Afrika.
Jalur itu membuat pelayaran makin panjang dan biaya makin mahal.
Pada bulan Januari lalu Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyetujui Resolusi 2722 yang isinya mendesak Houthi untuk menghentikan serangannya di Laut Merah.
Baca juga: Perlawanan Islam Irak Umumkan Serangan Target Penting di Kota Pelabuhan Eilat, Israel Selatan
Golber meminta Amerika Serikat (AS) agar lebih terlibat dalam melawan Houthi. Dia meyakini jika AS dianggap “lemah”, persoalan Eilat mungkin akan bertambah parah.
Sementara itu, Eli Bar Yossef yang menjadi CEO Pelabuhan Isdud meremehkan pentingnya Eilat.
Yossef mengklaim Isdud bisa menerima barang dagang yang awalnya akan dikirim ke Eilat.
“Ini masalah bagi Eilat, bukan masalah besar bagi kami,” kata Yossef dikutip dari Al Mayadeen.
Adapun Direktur Hubungan Internasional dan Pengembanan Bisnis pada Federasi Kamar Dagang Israel, Sarit Fishbane, mengatakan biaya pelayaran telah melonjak karena “tantangan logistik”.
“Di Israel, sektor konstruksi telah terdampak parah, dan kita juga melihat meningkatnya permintaan akan peralatan darurat dan produk pangan yang punya umur simpan yang lama,” ujar Fishbane.
Seorang konsultan keamanan bernama Richard Hussey mengatakan pelabuhan-pelabuhan Israel seperti Haifa dan Isdud juga berada dalam jangkauan roket Hizbullah.
Oleh karena itu, eskalasi besar bisa memunculkan serangan yang menghentikan perdagangan.
(Tribunnews/Febri)