News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

12 Pengakuan Tentara Israel soal Genosida di Gaza: Kami Dibebaskan Menembak Siapa Saja

Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Febri Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Para prajurit dari pasukan Israel (IDF) di Jalur Gaza - Dalam sebuah wawancara, enam tentara Israel membeberkan bagaimana perilaku rekan-rekannya selama genosida di Jalu Gaza.

TRIBUNNEWS.com - Enam tentara Israel membeberkan aksi mereka selama ditugaskan di Gaza dalam beberapa bulan terakhir.

Dalam wawancara bersama +972 Magazine and Local Call setelah diberhentikan dari tugasnya, mereka mengatakan eksekusi terhadap warga sipil Palestina tidak memiliki "pembenaran keamanan" yang jelas.

Pengakuan keenam tentara Israel itu menguatkan kesaksian korban dan dokter Palestina selama genosida Israel yang sedang berlangsung.

Mereka mengakui mereka diberi kebebasan untuk menembak warga Palestina tanpa pandang bulu.

Dari enam tentara Israel yang diwawancara, semua kecuali satu orang berbicara secara anonim.

Mereka menceritakan bagaimana tentara Israel secara rutin mengeksekusi warga sipil Palestina karena memasuki wilayah yang ditetapkan sebagai "zona terlarang" oleh militer Zionis.

Dilansir Al Mayadeen, berikut ini 12 pengakuan tentara Israel soal genosida di Gaza:

1. "Saya bosan, jadi saya menembak"

Beberapa sumber mengatakan kepada +972 Magazine and Local Call bagaimana keterampilan menembak yang tidak memadai, memungkinkan tentara Israel melepaskan rasa frustrasi mereka atau menghilangkan kebosanan dengan menargetkan sembarang benda di hadapan mereka.

"Masyarakat Israel ingin terlibat penuh dalam aksi ini (perang di Gaza)," kenang S, seorang tentara cadangan yang bertugas di Gaza utara.

"Saya pribadi menembakkan beberapa peluru tanpa tujuan, ke laut, ke trotoar, atau bangunan yang ditinggalkan."

"Kami mengklasifikannya sebagai 'tembakan rutin', yang merupakan kode, 'Saya bosan, jadi saya menembak'," urainya.

Baca juga: Pemilik Restoran di Vietnam Usir Keluarga Israel: Kami Hanya Menerima Manusia, Anjing, dan Kucing

S menambahkan, rekan-rekan prajuritnya juga "banyak menembak, bahkan tanpa alasan."

"Siapapun yang ingin menembak, apapun alasannya, akan menembak," kata dia.

2. "Kami diperbolehkan menembak siapa saja"

Sementara itu, tentara Israel, B, mengatakan, "Ada kebebasan total untuk bertindak di Gaza."

Ia yang bertugas sebagai pasukan reguler di Gaza, termasuk pusat komandan batalion, menyebut semua tentara Israel dibebaskan untuk menembak semua orang, baik itu "gadis muda ataupun orang tua."

"Jika Anda merasa terancam, tembak saja," tegas dia.

Saat tentara Israel melihat seseorang mendekat, siapapun itu, "diperbolehkan menembak ke arah pusat (rubuh mereka), bukan melayangkan tembakan peringatakan ke udara," ungkap B.

B kemudian menceritakan sebuah insiden pada November 2023, ketika tentara Israel menembak mati beberapa warga sipil selama evakuasi di sebuah sekolah di lingkungan al-Zaytoun, Kota Gaza.

"Tembakan terjadi di dalam, orang-orang melarikan diri. Mereka berlari ke segala arah, termasuk anak-anak. Setiap orang yang bergerak akan terbunuh. Ada 15 hingga 20 orang yang tertembak saat itu," cerita B.

3. "Setiap pria berusia 16-50 tahun dicurigai sebagai teroris"

Lebih lanjut, B mengungkapkan "setiap pria berusia 16-50 tahun dicurigai sebagai teroris."

Baca juga: Viral Balasan Pemilik Restoran di Vietnam Pro-Palestina, Tegaskan Tak Terima Pelanggan Israel

"Jika kami melihat ada seseorang melihat ke arah kami dari sebuah jendela, maka dia adalah teroris. Kami akan menembaknya," ungkap B.

4. "Tak ada batasan saat menembak"

M, tentara cadangan lain yang bertugas di Gaza, menjelaskan komandan lapangan kompi atau batalion kerap memberi perintah untuk menembak, tanpa menjelaskan sampai sejauh mana prajurit boleh menembak.

"Saat tidak banyak pasukan (di sebuah wilayah), perintah untuk menembak menjadi tidak terbatas, seperti hal gila. Bahkan, bukan hanya senjata kecil, tapi juga senapan mesin, tank, dan mortir," M bersaksi.

Meski tanpa perintah tegas dari atasan, M menyaksikan rekan-rekannya di lapangan sering bertindak mandiri dan mengambil tindakan sendiri.

"Prajurit biasa, perwira junior, komandan batalion – pangkat junior yang ingin menembak, selalu diizinkan," tambah M.

5. IDF Bunuh Satu Keluarga

Orang-orang berduka di rumah sakit Al-Shifa di Kota Gaza, atas jenazah seorang warga Palestina yang tewas dalam insiden dini hari ketika pasukan Israel melepaskan tembakan ke arah kerumunan yang bergegas di titik distribusi bantuan, pada 29 Februari 2024 (AFP)

S ingat pernah mendengar lewat radio tentara, tentang seorang tentara yang ditempatkan di kompleks perlindungan, menembaki satu keluarga Palestina yang berjalan di dekatnya.

"Awalnya mereka hanya mengatakan empat orang. Namun, ternyata ada dua anak," ungkap S.

6. Tidak ada pembatasan amunisi

Satu tentara Israel yang menggunakan nama asilnya, Yuval Green, mengungkapkan, "Tidak ada pembatasan amunisi. Kami menembak hanya untuk menghilangkan kebosanan."

Green menceritakan sebuah insiden selama hari raya Yahudi di bulan Desember, saat "seluruh batalion melepaskan tembakan bersama-sama seperti kembang api. Karena (Hannukah) adalah 'festival cahaya', maka apa yang kami lakukan itu adalah hal simbolis."

Dalam konteks yang sama, C menyebut "para tentara akan menembak sesuka hati mereka dengan sekuat tenaga."

Ia juga mengatakan, tidak adanya pembatasan dalam menembak, menjadikan pasukan Israel sering terkena risiko tembakan sesama rekan,

"Itu menjadi masalah utama yang mengancam nyawa tentara Israel. Itu membuatku gila," kata Green.

7. "Serangan Israel merugikan para sandera"

Green mengaku pernah mendengar pernyataan dari tentara lain, "para sandera Israel tidak punya kesempatan dan harus ditinggalkan."

"Ini mengganggu saya, karena mereka terus berbohong, 'Kami di sini untuk para sandera'. Tapi, jelas serangan Israel sangat merugikan para sandera."

Baca juga: Drone Hizbullah Hantam Pangkalan Mata-mata Israel di Gunung Hermon, Ancaman Gallant Dianggap Remeh

8. Tak pernah terima perintah yang jelas

A, seorang perwira yang bertugas di Direktorat Operasi Angkatan Darat, bersaksi ruang operasi brigadenya, tidak pernah menerima perintah yang jelas mengenai tembakan.

"Sejak masuk, tidak ada pengarahan sama sekali. Kami tidak menerima perintah dari atasan untuk diteruskan kepada prajurit dan komandan batalion," ungkapnya.

"Sering kali kami mengambil keputusan sendiri, 'Jika dilarang di sana, maka di wilayah sini diperbolehkan'," lanjut dia.

9. "Tembak dulu, baru bertanya"

A merinci bagaimana penembakan di "rumah sakit, klinik, sekolah, lembaga keagamaan, dan gedung organisasi internasional" memerlukan izin yang lebih ketat.

Tetapi, dalam praktiknya, A menyebut semua itu hanya "formalitas".

Ia menambahkan, "Kami terbiasa menembak terlebih dulu, meskipun itu tidak perlu, baru bertanya kemudian."

A juga mengaku tahu kejadian-kejadian tentara Israel menembaki warga sipil Palestina yang memasuki "wilayah operasional mereka", yang menguatkan temuan-temuan dari penyelidikan Haaretz terhadap "zona pembunuhan" di wilayah Gaza yang berada di bawah kendali militer.

"Sudah menjadi standarnya. Tidak boleh ada warga sipil berada di wilayah tersebut, begitulah perspektifnya. Kami melihat seseorang di jendela, jadi kami menembak dan membunuhnya," tegas A.

10. "Anak-anak di Jalur Gaza adalah calon teroris"

Anak-anak pramuka yang membawa bendera Palestina dan foto anak-anak yang terbunuh dalam konflik antara Israel dan militan Palestina, berkumpul di sepanjang pantai Kota Gaza dalam acara peringatan, pada 17 Agustus 2022. (MAHMUD HAMS / AFP)

A mengamati ironi di mana sebagian warga Israel membenarkan serangan balas dendam terhadap Gaza.

Tak hanya itu, A juga mengungkapkan ada beberapa warga Israel yang berpikir, anak-anak di Jalur Gaza adalah calon teroris.

"Tidak semuanya, tapi juga cukup banyak orang-orang yang berpikir, anak-anak di Jalur Gaza saat ini adalah calon teroris," ungkap A.

Keyakinan itu kemudian digunakan untuk membenarkan pengabaian perbedaan antara warga sipil dan kombatan.

11. Banyak jasad warga sipil Palestina di area terbuka

D, tentara cadangan di Gaza, mengungkapkan brigadenya ditempatkan di dekat dua koridor yang disebut sebagai "jalur kemanusiaan" di Gaza.

Koridor pertama untuk bantuan kemanusiaan, yang kedua untuk warga sipil Palestina yang bergerak dari utara ke selatan di Jalur Gaza.

Baca juga: Konflik di Internal Israel, Rezim Netanyahu Terancam, Media Tel Aviv: Ada Perpecahan di Pemerintahan

Di wilayah operasionalnya, D mengatakan brigadenya menerapkan aturan yang dikenal sebagai "garis merah dan garis hijau", yang menandai zona di mana warga sipil dilarang masuk.

"Siapapun yang melintasi kawasan hikau akan menjadi sasaran potensial," ujar D.

"Jika mereka (warga sipil) melewati garis merah, Anda hanya perlu melapor ke radio, tidak perlu meminta izin, Anda bisa menembak," imbuh dia.

D juga menceritakan, banyak warga sipil yang merupakan pengungsi putus asa, yang menjadi korban tembakan saat mencari makanan atau mendekat ke konvoi bantuan.

Hal ini menyebabkan banyak jasad warga Palestina bergelimpangan di jalanan Gaza.

"Seluruh area penuh mayat," katanya.

12. "Kami membakar rumah sebelum meninggalkannya"

Dua tentara bersaksi pembakaran rumah-rumah warga Palestina telah menjadi rutinitas di kalangan pasukan Israel, sebuah praktik yang dijelaskan secara luas oleh Haaretz awal tahun ini.

Green secara pribadi menyaksikan dua insiden: satu diprakarsai secara mandiri oleh seorang tentara dan satu lagi dilakukan di bawah instruksi komandan.

"Jika kami berpindah, rumahnya harus dibakar," kata dia singkat.

"Saya bertanya kepada komandan kompi, yang mengatakan, tidak boleh ada peralatan militer yang tertinggal, dan kami tidak ingin musuh melihat metode pertempuran kami," tambah Green.

"Saya bilang saya akan melakukan pencarian (untuk memastikan) tidak ada (senjata) yang tertinggal. Tapi, (komandan kompi) tetap memerintahkan saya untuk membakar rumahnya."

Hal senada juga disampaikan B yang mengatakan, "Kami membakar setiap rumah sebelum meninggalkanya."

(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini