News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Dituduh Pro-Rusia, China Sebut NATO Sengaja Kompori Ukraina dan Sibuk Cari Kambing Hitam

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Whiesa Daniswara
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden China Xi Jinping dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada KTT Organisasi Kerjasama Shanghai di Astana, Kazakhstan, pada hari Rabu (3/7/2024). --- China membantah tuduhan NATO yang menyebut China mendukung invasi Rusia di Ukraina.

TRIBUNNEWS.COM - Seorang juru bicara Misi China di Uni Eropa (UE) membantah tuduhan NATO yang menyebut China sebagai pendukung utama Rusia dalam invasinya di Ukraina.

Ia menganggap NATO sengaja melontarkan tuduhan provokatif dengan kebohongan dan fitnah.

"Beijing telah mengajukan keberatan serius kepada blok tersebut," kata juru bicara tersebut, Kamis (11/7/2024).

Ia menegaskan kembali China bukanlah pendukung perang Ukraina dan justru sebaliknya, China membantu proses perdamaian Rusia dan Ukraina.

"Kami menegaskan bahwa Beijing berusaha untuk mempromosikan perundingan perdamaian dan mencari penyelesaian politik," katanya.

“Kami tidak pernah menyediakan senjata mematikan kepada kedua belah pihak yang berkonflik, dan menerapkan kontrol ekspor yang ketat terhadap barang-barang yang memiliki kegunaan ganda,” kata juru bicara tersebut.

"NATO telah mengobarkan api konflik Ukraina sambil menjadikan pihak lain sebagai kambing hitam," tambahnya, seperti diberitakan Al Jazeera.

China juga memperingatkan NATO agar tidak melakukan ekspansi ke kawasan Asia-Pasifik dan mengganggu perdamaian di kawasan tersebut.

“NATO harus berhenti membesar-besarkan apa yang disebut ancaman Tiongkok dan memprovokasi konfrontasi dan persaingan,” pernyataan misi tersebut menyimpulkan, merujuk pada memanasnya hubungan China dan Taiwan yang didukung AS.

NATO Tuduh China Dukung Rusia

Sebelumnya, NATO menuduh China sebagai pendukung utama invasi Rusia di Ukraina.

Baca juga: Ramstein Air Base: Pangkalan Militer Strategis AS dan NATO di Jerman

Tiongkok dan Rusia telah mencirikan hubungan mereka sebagai kemitraan tanpa batas, yang telah diperkuat sejak Barat memberlakukan sanksi besar-besaran terhadap Moskow menyusul pecahnya perang Ukraina.

"Selama kunjungan Presiden Rusia Vladimir Putin ke Beijing pada bulan Mei, ia dan mitranya dari Tiongkok, Xi Jinping, mengumumkan era baru dalam hubungan strategis kedua negara," kata NATO dalam pernyataannya pada Rabu (10/7/2024) kemarin.

Para anggota NATO mengecam hubungan antara Beijing dan Moskow dalam sebuah deklarasi yang dikeluarkan pada pertemuan puncak ulang tahun NATO yang ke-75 di Washington DC kemarin, dengan mengklaim Tiongkok terus menantang kepentingan, keamanan, dan nilai-nilai NATO.

“Mendalamnya kemitraan strategis antara Rusia dan RRT (China) dan upaya mereka yang saling memperkuat untuk melemahkan dan membentuk kembali tatanan internasional berbasis aturan, merupakan penyebab kekhawatiran yang mendalam,” tambah dokumen tersebut, yang ditandatangani oleh anggota NATO, dikutip dari Reuters.

NATO juga menuduh China mendukung industri pertahanan Rusia dengan mentransfer material dan komponen penggunaan ganda, serta terlibat dalam aktivitas siber dan hibrida yang berbahaya.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Rusia dan Ukraina

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini