TRIBUNNEWS.COM - Rusia mengutuk pembunuhan kepala biro politik Hamas, Ismail Haniyeh di Teheran, Iran pada Selasa (30/7/2024).
Menurut wakil menteri luar negeri Rusia, pembunuhan Haniyeh ini tidak dapat diterima.
"Pembunuhan pemimpin politik utama Hamas, Ismail Haniyeh, adalah pembunuhan politik yang sama sekali tidak dapat diterima," katanya kepada kantor berita negara RIA pada hari Rabu.
Mikhail Bogdanov mengatakan pembunuhan ini akan meningkatkan ketegangan di Timur Tengah.
"Ini akan menyebabkan peningkatan ketegangan lebih lanjut," kata Mikhail Bogdanov, dikutip dari The Jerusalem Post.
Terutama ini akan berdampak terhadap kesepakatan negosiasi gencatan senjata.
"Apa yang terjadi akan memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap negosiasi Doha," jelasnya, dikutip dari Anadolu Anjansi.
Sebagai informasi, Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran mengatakan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dibunuh di Teheran.
"Kediaman Ismail Haniyeh, kepala kantor politik Perlawanan Islam Hamas, diserang di Teheran, dan sebagai akibat dari insiden ini, dia dan salah satu pengawalnya menjadi martir," kata sebuah pernyataan oleh situs berita Sepah milik Korps Garda Revolusi Islam, dikutip dari Al-Arabiya.
Haniyeh dibunuh saat menghadiri pelantikan presiden baru negara itu yaitu Presiden Iran Masoud Pezeshkian.
Haniyeh tiba di Teheran pada hari Selasa (30/7/2024).
Ia telah bertemu dengan Pezeshkian dan pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.
Baca juga: Garda Revolusi Siapkan Tindakan, Media Israel: Ismail Haniyeh Dibunuh Rudal dari Luar Iran
Laporan Iran mengatakan bahwa serangan udara terjadi sekitar pukul 2 pagi waktu setempat.
Dalam sebuah pernyataan, Hamas berduka atas kematian Haniyeh, yang menurutnya terbunuh dalam “serangan berbahaya Zionis di kediamannya di Teheran”.