Kelompok Houthi Yaman Sebut Pembunuhan Ismail Haniyeh Sebagai Kejahatan Teroris
TRIBUNNEWS.COM- Kelompok Houthi Yaman sebut pembunuhan Haniyeh dari Hamas sebagai kejahatan teroris.
Mohammed Ali al-Houthi, anggota biro politik Houthi, mengatakan pembunuhan pemimpin Hamas adalah “kejahatan teroris yang keji” dan “pelanggaran mencolok terhadap hukum dan nilai-nilai ideal”.
Pendukung setia perjuangan Palestina, pejuang Houthi di Yaman telah melancarkan serangan selama berbulan-bulan terhadap pengiriman barang yang terkait dengan Israel di Laut Merah dan Teluk Aden.
Kelompok Houthi mengatakan kampanye mereka akan berakhir ketika Israel mengakhiri perangnya di Gaza.
Reaksi atas Pembunuhan pimpinan Hamas Ismail Haniyeh
Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh tewas di Iran pada hari Rabu, kelompok militan Palestina Hamas dan Garda Revolusi elit Iran mengatakan dalam pernyataan terpisah.
Mohammed Ali al-Houthi, kepala Komite Revolusioner Tertinggi Houthi Yaman mengatakan:
“Menargetkan Ismail Haniyeh adalah kejahatan teroris yang keji dan pelanggaran mencolok terhadap hukum dan nilai-nilai ideal.”
Sami Abu Zuhri, pejabat senior Hamas, mengatakan: “Pembunuhan oleh pendudukan Israel terhadap Saudara Haniyeh adalah eskalasi serius yang bertujuan untuk mematahkan keinginan Hamas dan keinginan rakyat kami dan mencapai tujuan palsu.”
“Kami mengonfirmasi bahwa eskalasi ini akan gagal mencapai tujuannya. Hamas adalah sebuah konsep dan lembaga dan bukan orang. Hamas akan terus berada di jalan ini terlepas dari pengorbanan dan kami yakin akan kemenangan.”
Sementara itu, Hizbullah Lebanon, yang merupakan bagian dari poros perlawanan yang didukung Iran, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kematian Haniyeh akan “meningkatkan tekad para pejuang perlawanan di semua arena perlawanan.”
Rusia juga mengomentari pembunuhan Haniyeh.
"Ini adalah pembunuhan politik yang sama sekali tidak dapat diterima, dan akan menyebabkan peningkatan ketegangan lebih lanjut," kata RIA mengutip pernyataan Wakil Menteri Luar Negeri Mikhail Bogdanov.
Bogdanov juga mengatakan pembunuhan itu juga akan berdampak negatif pada perundingan gencatan senjata di Gaza, RIA menambahkan.
Rusia, yang memiliki hubungan dengan negara-negara Arab, Iran dan Hamas serta dengan Israel, sering mengutuk kekerasan di kawasan tersebut dan menuduh Amerika Serikat mengabaikan perlunya negara Palestina yang merdeka.