TRIBUNNEWS.COM - Setidaknya 46.000 perusahaan Israel telah menutup usahanya sejak dimulainya agresi Israel di Jalur Gaza sejak Oktober 2023.
Jumlah itu diperkirakan akan meningkat hingga 60.000 perusahaan pada akhir tahun ini.
"46.000 perusahaan telah ditutup sejak awal perang, menurut perusahaan informasi bisnis Coface Bdi," kata CEO Coface Bdi, Yoel Amir, seperti diberitakan surat kabar Israel, Maariv pada Kamis (11/7/2024).
Yoel Amir mengatakan angka ini merupakan angka yang sangat tinggi dan mencakup banyak sektor.
Ia menjelaskan sekitar 77 persen perusahaan yang tutup sejak awal perang, yaitu sekitar 35.000 perusahaan adalah perusahaan kecil dan merupakan kelompok yang paling rentan dalam perekonomian Israel.
"Sektor yang mengalami kerusakan parah adalah industri konstruksi, keramik, AC, alumunium, dan bahan bangunan. Sektor perdagangan yang meliputi pembuatan fesyen, sepatu, furnitur, dan peralatan rumah tangga, sektor jasa, termasuk kafe, jasa hiburan dan hiburan, serta transportasi, dan pariwisata, mengalami situasi dimana pariwisata asing hampir tidak ada," kata CEO itu.
"Hal ini seiring dengan menurunnya mood nasional dan kawasan wisata yang menjadi zona tempur, serta sektor pertanian yang sebagian besar terletak di Zona tempur berada di selatan dan utara, serta terjadi kekurangan tenaga kerja," lanjutnya.
Berdasarkan data yang terungkap, sektor bangunan dan konstruksi mengalami kerusakan sekitar 27 persen, sektor jasa-jasa sekitar 19 persen, sektor industri dan pertanian mengalami kerusakan sekitar 17 persen, dan sektor perdagangan sekitar 12 persen.
Selain itu, industri teknologi tinggi dan teknologi maju terkena dampaknya sekitar 11 persen, dan industri makanan dan minuman terkena dampaknya sekitar 6 persen.
“Kerusakan di zona pertempuran lebih serius, namun kerugian terhadap dunia usaha terjadi di seluruh negeri, dan hampir tidak ada sektor yang terkena dampaknya,” kata Yoel Amir.
Dampak agresi di Jalur Gaza terhadap perekonomian Israel semakin besar.
Baca juga: Israel Secara Paksa Mengusir Puluhan Ribu orang dari Kota Gaza ke Zona Aman yang Mematikan
Banyak perusahaan yang terpaksa menutup perusahaannya karena tidak mampu membayar utang dan kerugian lainnya.
"Sekitar 56 persen manajer perusahaan komersial di Israel mengatakan ada penurunan signifikan dalam lingkup aktivitas mereka sejak awal perang," kata Yoel Amir, dikutip dari Maan.
Ia memperkirakan jumlah perusahaan yang tutup akan bertambah pada akhir tahun.