News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Siapa Masoud Pezeshkian, mantan ahli bedah jantung reformis terpilih jadi presiden Iran?

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Siapa Masoud Pezeshkian, mantan ahli bedah jantung reformis terpilih jadi presiden Iran?

Dia menggambarkan dirinya sebagai "reformis prinsipal" dengan berkata: "Saya adalah seorang penganut prinsip, dan untuk prinsip-prinsip inilah kami mengupayakan reformasi."

Dalam konteks politik Iran, "prinsipal" mengacu pada pendukung konservatif Pemimpin Tertinggi yang mengadvokasi perlindungan prinsip-prinsip ideologis pada masa-masa awal revolusi 1979.

Para pengamat yakin bahwa kemampuan Pezeshkian yang 'berdiri di dua kaki' dalam agenda-agenda reformis dan prinsipil yang akan menentukan kesuksesannya.

Kemenangannya telah menggagalkan rencana kelompok Islam garis keras, yang berharap untuk mengangkat tokoh konservatif lain untuk menggantikan Raisi dan – bersama pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei – mengendalikan semua kekuasaan Iran.

Harapan bagi perempuan dan pemilih muda?

Pendukung Pezeshkian yang sebagian besar kaum muda turun ke jalan-jalan di ibu kota, Teheran, dan kota-kota lain untuk merayakan kemenangan – bahkan sebelum hasil akhir diumumkan.

Mereka bernyanyi, menari dan mengibarkan bendera hijau khas kampanyenya.

Pezeshkian telah memberikan harapan kepada sebagian generasi muda Iran di saat banyak yang sedang putus asa akan masa depan mereka. Beberapa bahkan berencana meninggalkan negaranya untuk mencari kehidupan yang lebih baik di tempat lain.

Di sebuah tempat pemungutan suara di Teheran, Fatemeh, perempuan berusia 48 tahun, mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa dia memilih calon presiden yang moderat karena “prioritasnya [Pezeshkian] mencakup pada perempuan dan hak-hak generasi muda”.

Selain itu, Afarin, 37 tahun, yang memiliki salon kecantikan di Isfahan, mengatakan kepada Reuters: "Saya tahu Pezeshkian akan menjadi presiden yang lemah, tapi tetap saja dia lebih baik daripada presiden garis keras."

Banyak para pemilih memboikot pemilu putaran pertama pekan lalu. Mereka marah atas aksi-aksi penindasan di dalam negeri hingga konfrontasi internasional yang menyebabkan Iran mendapat sanksi dan memperluas kemiskinan.

Mereka juga frustrasi dengan kurangnya pilihan calon dalam pemilu. Dari enam kandidat yang diperbolehkan mencalonkan diri, lima di antaranya merupakan kelompok Islam garis keras.

Ditambah lagi, ada rasa putus asa karena – dengan keputusan akhir di tangan Ayatollah Khamenei mengenai kebijakan pemerintah – kecil kemungkinan terjadinya perubahan nyata.

Salah satu dari mereka yang menolak memberikan suara adalah Azad, seorang manajer SDM berusia 35 tahun dan aktivis di Teheran yang telah dipenjara dua kali karena mengkritik pemerintah Iran.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini