"Angkatan Laut AS dan Inggris gentar oleh rudal balistik Angkatan Bersenjata Yaman," ujar Abdul-Malik.
Dia juga menyebut angkatan laut Barat kini pergi meninggalkan perairan Yaman.
Menurut Abdul-Malik, sejauh ini Houthi sudah menyerang 166 kapal dagang yang terafiliasi Israel, AS, dan Inggris.
Kata dia, pejabat Israel juga takut melawan kekuatan militer Houthi. Bahkan, Institut Kajian Keamanan Israel (INSS) mengakui Israel merugi banyak karena serangan Houthi di Laut Merah.
Abdul-Malik menyinggung operasi militer Houthi minggu ini yang nenargetkan sebuah kapal AS di timur laut Pulau Sokotra.
Dia mengatakan rudal hipersonik "Hatem" telah membuat gentar kapal induk AS dan kapal perusak Barat di lautan.
Menurut dia, beberapa warga AS menyamakan kaburnya kapal induk AS itu seperti "seekor gajah yang kabur dari seekor tikus".
Dia menyebutnya sebagai peristiwa yang belum pernah terjadi dalam sejarah peperangan.
Peringatkan Arab Saudi
Houthi menuding Arab Saudi membantu AS dalam melawan operasi Houthi. Menurut Houthi, situasi seperti itu adalah suatu "kebodohan".
Dilansir Al Mayadeen, Abdul-Malik mengatakan AS berusaha melibatkan Arab Saudi dalam melancarkan agresi dan eskalasi terhadap Yaman melalui sektor ekonomi.
Dia menyebut keputusan Arab Saudi untuk memblokade penerbangan dari Bandara Sanaa di Yaman adalah hal yang tak bisa diterima sepenuhnya.
Di samping itu, dia mengecam hasutan Inggris dan AS serta menyindir pedas tindakan Arab Saudi yang menargetkan bank, lembaga keuangan swasta, dan perusahaan.
Menurut Abdul-Malik, tindakan itu tidak adil dan tidak bisa ditoleransi.
"Tindakan agresif kalian sejalan dengan perintah AS yang bertujuan untuk menguntungkan Israel, dan semua upaya untuk memaksa kami menarik dukungan bagi Gaza itu sia-sia."
"Peringatkan kami kepada Arab Saudi pada awal tahun Hijriah ini serius dalam setiap perkataan."
(Tribunnews/Febri)