Rafi Salama bekerja di posisi bergengsi di Sekolah Al-Hourani yang berafiliasi dengan PBB di kamp Khan Yunis, sebelum ia mengundurkan diri dan bergabung dengan Brigade Al-Qassam.
Berkali-kali Upaya Pembunuhan
Rafi Salama menjadi sasaran beberapa upaya pembunuhan, salah satu upaya tersebut terjadi pada tahun 2021, ketika tentara pendudukan mengumumkan penghancuran rumahnya di Gaza.
Saat itu Israel menggambarkan rumah tersebut sebagai “bagian dari infrastruktur bersenjata” yang menjadi sasaran operasi di Gaza.
Menurut apa yang diterbitkan oleh surat kabar Ibrani Yedioth Ahronoth kala itu, “para pemimpin terkemuka Hamas lolos dari sasaran dalam beberapa saat, termasuk Rafi Salama, Yahya Sinwar, dan lainnya.”
Tentara Israel mengklaim kalau Rafi Salama bertanggung jawab atas perencanaan dan pelaksanaan sejumlah serangan dan operasi bersenjata, yang menyebabkan puluhan kematian dan cedera.
Serangan yang paling menonjol yang dipimpina Rafi Salam adalah operasi “Omar Tabsh” pada tahun 2005 – sebelum tentara Israel menarik diri dari Gaza.
Serangan itu dilakukan metode operasi bom bunuh diri selama inspeksi yang dilakukan oleh pasukan keamanan Israel di Persimpangan Gush Katif, Jalur Gaza tengah.
Operasi perlawanan lain yang dilakukan oleh Rafi Salama termasuk operasi “Ahmed Abu Tahoun” pada tahun 2007, di mana unit tentara Israel diserang yang melakukan serangan terbatas di dekat pos pemeriksaan “Sufa” di timur laut kota Rafah, serta operasi perlawanan lainnya yang dilakukan oleh Rafi Salama berupa penculikan tentara Gilad Shalit pada tahun 2006.
(oln/khbrn/*)