TRIBUNNEWS.COM - Para pakar keamanan yang memahami tuntutan menjaga keselamatan politisi mengatakan Secret Service telah gagal mengamankan Donald Trump.
Menurut para pakar, "kegagalan keamanan mendasar" terjadi ketika seorang pria bersenjata berhasil mendekati Donald Trump dan menembaknya ketika melakukan kampanye di Butler, Pennsylvania.
Thomas Matthew Crooks (20) melepaskan beberapa tembakan ke arah mantan presiden AS itu ketika berpidato di hadapan para pendukungnya, Sabtu (13/7/2024).
Dikutip dari Sky News, Steve Nottingham, yang telah membantu menyediakan keamanan bagi para pemimpin dunia mengatakan, kejadian penembakan Trump adalah "kegagalan keamanan mendasar".
Mantan komandan tim Senjata Khusus dan Taktik (SWAT) itu, menyarankan penelitian pra-kejadian dan pemantauan waktu nyata terhadap tempat-tempat penembak dapat menembak telah rusak.
"Mereka tertinggal, karena mereka seharusnya sudah meliput tempat-tempat itu sebelumnya," katanya.
Komentarnya muncul setelah BBC mewawancarai seorang pria yang menggambarkan dirinya sebagai saksi mata.
Saksi mata tersebut mengatakan ia melihat seorang pria bersenjata senapan merangkak naik ke atap dekat lokasi kejadian.
Orang tersebut, yang tidak disebutkan namanya oleh BBC, mengatakan ia dan orang-orang yang bersamanya mulai mencoba memberi tahu petugas keamanan, sambil menunjuk ke arah pria tersebut.
Agen pensiunan Biro Alkohol, Tembakau, Senjata Api, dan Bahan Peledak (ATF) Jim Cavanaugh mengatakan ia terkejut bahwa pria bersenjata itu dapat menempati posisi tinggi dalam jarak tembak dari lokasi kampanye.
"Setiap kali saya bersama mereka, setiap tempat tinggi selalu mereka kuasai atau polisi SWAT setempat".
Baca juga: Penembak Trump Bikin Kaget Secret Sevice, Jarak Tembak Cuma 150 Meter, Apa Tugas Tim Hawk Eye?
"Tidak seorang pun diizinkan berjalan di atas atap. Mereka menguasai tempat tinggi," kata Cavanaugh.
Ia mengatakan senapan berkekuatan tinggi seperti AR-15 dapat mengenai sasaran sejauh 182 m dan Trump berada sekitar 135 m dari atap tempat penembak ditemukan tewas.
"Setelah pernah bertugas di Secret Service, sungguh mengherankan bagi saya bahwa seseorang bisa menduduki jabatan tinggi tanpa sepengetahuannya," ujar Cavanaugh.