Muhammed Bhar dan keluarganya berakhir menempati rumah mereka di Shujaiya, setelah selama mengungsi di rumah kerabat, bom-bom Israel menghancurkan bangunan saudara-saudara mereka.
Ia dan keluarganya memilih tinggal di rumah itu, meski pasukan IDF memerintahkan seluruh warga di Shujaiya pergi.
Sebab, kondisi Muhammed Bhar tidak lagi memungkinkan dirinya bisa bepergian jauh.
Ia juga tidak suka jika harus pergi dari rumah dan sofa kesukaannya.
"Muhammed hanya berbaring di sofa, dan dia tidak suka duduk di manapun kecuali di sana," ungkap Nabila Bhar, dilansir BBC.
Menurut Nabila Bhar, Muhammed Bhar selama ini kesulitan berkomunikasi dan berbicara.
Baca juga: Israel Perintahkan Anjing Gigit Lansia Palestina, Korban Diserang karena Ogah Tinggalkan Rumah
Tetapi, saat diserang anjing pasukan Israel, Muhammed Bhar masih sempat memanggil hewan itu dengan sebutan sayang.
"Saat dia diserang, aku ingin menghampirinya, tapi aku tidak bisa. Tidak ada yang bisa membantunya."
"Dia menepuk-nepuk kepala anjing itu sambil berkata, 'Cukup, Sayangku'. Tapi, pada akhirnya, saat ia mengendurkan tangannya, anjing itu mulai menyerang lagi," urai Nabila Bhar, dikutip dari The New Arab.
"Dia belum pernah mengucapkan kata itu (Sayangku), kami belum pernah mendengarnya berbicara seperti itu sebelumnya," lanjutnya.
Jasadnya Sudah Membusuk saat Ditemukan
Karena terluka akibat diserang anijng IDF, Muhammed Bhar kemudian dibawa ke ruangan lain oleh pasukan Israel dengan alasan akan diobati.
Anggota keluarga yang ingin memastikan keadaan Muhammed Bhar dilarang dan justru mendapat ancaman dari pasukan Israel.
"Mereka membawanya (Muhammed Bhar) pergi, menempatkannya di kamar terpisah, dan mengunci pintu."
"Kami ingin melihat kondisinya, tapi mereka (pasukan Israel) menyuruh kami diam. Mereka mengarahkan senjata ke arah kami," ungkap Nabila Bhar.