TRIBUNNEWS.COM - Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Iran mengatakan kehancuran adalah takdir terdekat dan terakhir bagi Israel.
Pernyataan itu disampaikan Kemenlu Iran beberapa jam setelah Israel melancarkan serangan ke Yaman pada hari Sabtu, (20/7/2024).
Juru bicara Kemenlu Iran Nasser Kanaani menyebut ribuan siswa di Gaza tewas akibat serangan Israel.
"Dalam agresi brutal yang dilakukan entitas Zionis di Gaza selama hampir 10 bulan ini, sekitar 8.600 mahasiswa adan lebih dari 500 anggota fakultas di Jalur Gaza telah menjadi syuhada," kata Kannadi dikutip dari Saba.
Kanaani menyinggung gedung-gedung sekolah dan lembaga pendidikan yang diserang oleh Israel dengan alasan palsu.
Israel baru-baru ini menyerang Sekolah Al-Falah yang terafiliasi dengan UNRWA, badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengurusi pengungsi Palestina.
Serangan itu dilaporkan menewaskan dan melukai puluhan warga sipil.
"Para pemimpin penjahat di entitas apartheid itu dan pendukung mereka di Barat harus tahu bahwa tak ada dari tindakan jahat itu yang bisa mengganti rugi kegagalan strategis mereka dalam melawan rakyat Palestina yang sabar dan teguh," katanya.
Kanaani menyebut kehancuran adalah final destination atau "takdir akhir" Israel.
"Entitas yang tak punya pilihan, kecuali untuk melakukan kejahatan demi bertahan hidup, karena kehancuran adalah takdir terdekat dan terakhir mereka."
Kecam serangan Israel ke Yaman
Baca juga: Arab Saudi Bantah Terlibat dalam Serangan Israel yang Menargetkan Kota Hodeidah Yaman
Iran turut mengecam serangan Israel ke Kota Hodeidah di Yaman yang menimbulkan sejumlah korban jiwa.
Kanaani mengatakan serangan itu menujukkan sifat agresif rezim Zionis.
Di samping itu, serangan tersebut bisa meningkatkan ketegangan dan memperbesar perang di kawasan Timur Tengah.
Dia berujar serangan Israel itu adalah dilancarkan karena Israel ingin "menghukum" rakyat Yaman yang mendukung perjuangan rakyat Palestina.
Menurutnya, pembunuhan oleh Israel di Gaza adalah akar penyebab ketegangan di Timur Tengah saat ini.
Sementara itu, juru bicara kelompok Houthi di Yaman, Brigjen Yahya Saree, mengatakan pihaknya akan membalas serangan tersebut.
"Mereka tidak akan ragu-ragu menyerang target vital di Israel," kata Saree dikutip dari kantor berita Saba.
Saree mengatakan Houthi akan terus melanjutkan operasi militer di Laut Merah untuk membantu warga Palestina di Gaza.
"Angkatan Bersenjata Yaman, di bawah pemimpin setia mereka, dan dengan semua rakyat Yaman yang merdeka, hebat, teguh, dan berjuang, dengan teguh membela mereka, tidak akan mengehntikan operasi mereka demi membantu saudara kita di Gaza," ujarnya.
Dia mengatakan rakyat Yaman tak mempedulikan akibat dari dukungannya kepada warga Gaza.
"Mereka bersiap, dengan bantuan Allah Yang Mahakuasa, menghadapi perang panjang melawan musuh ini hingga agresi berhenti dan pengepungan diakhiri dan kejahatan yang dilakukan musuh terhadap rakyat Palestina di Gaza disudahi."
Baca juga: Terkejut, Mufti Besar Oman Minta Muslim di Seluruh Dunia Bela Yaman yang Diserang Israel
Menurut dia, serangan Israel itu membuat seluruh rakyat Yaman harus mengambil langkah serius untuk membela perjuangan Palestina.
"Rakyat Yaman yang hebat, dengan kepemimpinan dan angkata bersenjata mereka, dengan bantuan Allah, akan mengatasi tantangan ini, sama seperti mereka mengatasi tantangan pada tahun-tahun sebelumnya dengan bantuan Allah."
Minta masyarakat dunia bantu akhiri agresi Israel
Pada kesempatan yang sama Kanaani meminta masyarakat dunia mengambil langkah yang diperlukan untuk mengakhiri agresi Israel terhadap Palestina.
Dia menyinggung pernyataan yang dikeluarkan oleh Mahkahah Internasional (ICJ) sehari sebelumnya.
Menurutnya, pernyataan itu mencerminkan adanya keprihatinan mendalam masyarakat dunia atas kejahatan Israel.
Kata dia, sudah ada ratusan resolusi dan dokoumen internasional yang menegaskan kebenaran rakyat Palestina yang ditindas Israel.
Kanaani mengimbau masyarakat dunia untuk meminta pertanggungjawaban Israel atas kejahatannya.
Dia juga kembali menegaskan sikap Iran yang menginginkan digelarnya referendum yang melibatkan seluruh penduduk Palestina, termasuk umat Islam, Kristen, dan Yahudi.
Menurutnya, referendum itu adalah solusi paling efektif untuk mengakhiri pendudukan Israel di tanah Palestina.
"Republik Islam Iran percaya bahwa hak dasar warga Palestina yang tertindas untuk menentukan nasib sendiri telah dilanggar terus-menerus selama bertahun-tahun, terutama sejak pengumumuman berdirinya rezim Israel yang membunuh anak-anak," kata Kanaani dikutip dari PressTV.
"Pelanggaran terhadap hak-hak rakyat Palestina tidak terbatas dalam periode spesifik."
Dia menyebut pelanggaran itu dilakukan melalui tindakan genosida dan kejatahan kemanusiaan serta kejahatan perang dalam beberapa bulan belakangan di Gaza.
(Tribunnews/Febri)