TRIBUNNEWS.COM - Mohammed Dahlan, mantan anggota senior kelompok Fatah, dipertimbangkan untuk menjadi calon pemimpin Gaza setelah perang, menurut laporan Wall Street Journal pada hari Kamis (25/7/2024).
Mohammed Dahlan disebut-sebut diterima baik oleh Israel maupun Hamas sebagai pemimpin sementara.
Ia juga akan disetujui oleh Amerika Serikat dan negara-negara Teluk Suni.
Dahlan pernah berselisih dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan kelompok Hamas.
Ia lalu diasingkan ke UEA dari Tepi Barat, saat Hamas mengambil alih Jalur Gaza.
Saat ini Dahlan tinggal di Abu Dhabi.
Namun, setelah mendengar kabar ini, Dahlan mengumumkan secara terbuka akan menolak tawaran tersebut.
"Saya telah berulang kali menolak menerima peran keamanan, pemerintahan, atau eksekutif apa pun," katanya di X, Kamis (25/7/2024).
Dalam sebuah wawancara dengan New York Times pada bulan Februari, Dahlan mengatakan, ia tidak bermaksud untuk memegang jabatan politik di Gaza atau Tepi Barat.
"Baik Abbas maupun Hamas. Kita harus menemukan orang-orang baru di Otoritas Palestina," kata Dahlan.
Menurut sebuah opsi yang saat ini sedang dipertimbangkan, Dahlan akan mengawasi pasukan keamanan Palestina yang terdiri dari 2.500 orang yang bekerja sama dengan pasukan internasional, saat pasukan Israel mundur, menurut keterangan pejabat Arab kepada WSJ.
Baca juga: Deklarasi Beijing: China Jadi Perantara Kesepakatan Persatuan Hamas-Fatah, Ini yang Perlu Diketahui
"Pasukan Palestina akan diperiksa oleh AS, Israel, dan Mesir dan tidak akan memiliki loyalitas yang jelas kepada Otoritas Palestina, yang tidak diinginkan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk mengendalikan Gaza," kata pejabat tersebut.
Perlu ditanggapi serius
Laporan tentang Dahlan menjadi pemimpin Palestina bisa saja relevan, menurut seorang sumber yang memiliki pengetahuan tentang masalah tersebut, mengutip The Jerusalem Post.
“Saya pikir Dahlan adalah satu-satunya calon pemimpin transisi saat ini – lebih seperti mantan presiden Afghanistan Hamid Karzai,” kata sumber tersebut.