TRIBUNNEWS.COM - Israel dilaporkan sudah berencana membunuh Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh pada bulan Mei lalu.
Saat itu Haniyeh tengah menghadiri pemakaman Presiden Iran Ebrahimi Raisi yang tewas karena kecelakaan helikopter.
Media asal Inggris, The Telegraph, pada Jumat (2/8/2024), melaporkan bahwa rencana itu dibatalkan Israel.
Laporan itu didasarkan pada pernyataan dua pejabat keamanan Iran yang diwawancarai media tersebut.
Kedua pejabat itu direkrut oleh Mossad atau badan intelijan Israel untuk membunuh Haniyeh.
Menurut keduanya, rencana Israel dibatalkan karena ada kerumunan besar di dalam gedung. Selain itu, ada kemungkinan besar operasi itu bakal gagal.
Kemudian, keduanya menempatkan bom di tiga kamar wisma tamu yang dioperasikan oleh Pasukan Garda Revolusioner Iran (IRGC) di Kota Teheran.
Wisma itu ditempati oleh Haniyeh ketika dia menghadiri acara pelantikan Presiden Iran Masoud Pezeshkian.
Menurut pejabat yang memiliki rekaman CCTV wisma itu, kedua agen tersebut tampak bergerak secara diam-diam. Mereka memasuki sejumlah kamar dalam waktu beberapa menit.
Keduanya kemudian keluar dari Iran. Meski demikian, mereka masih memiliki kaki tangan di negara itu.
Baca juga: Mossad Israel Diklaim Rekrut Agen Keamanan Iran untuk Tanam Bom di Kamar Haniyeh, Ada Pengkhianat?
Pada hari Rabu pukul 02.00 waktu setempat bom itu diledakkan dari jarak jauh dan menewaskan Haniyeh.
Sementara itu, seorang pejabat IRGC mengatakan pihaknya kini mulai yakin bahwa Mossad merekrut agan Iran.
"Mereka kini percaya bahwa Mossad mempekerjakan agen dari satuan pengamanan Ansar Al Mahdi," kata pejabat itu kepada The Telegraph.
Ansar Al Mahdi adalah satuan IRGC yang diberi tanggung jawab untuk mengamankan para pejabat tinggi.
Pejabat itu menyebut IRGC juga menemukan bom lain di dua kamar lain.
Adapun pejabat IRGC lain yang diwawancarai menilai pembunuhan Haniyeh itu adalah penghinaan bagi Iran dan suatu kasus penerobosan besar dalam keamanan.
Menurut dia, rincian seputar pembunuhan Haniyeh masih menjadi pertanyaan.
Kasus kematian pemimpin Hamas itu memunculkan pertengkaran dalam internal IRGC. Para pejabat IRGC mulai saling menyalahkan.
Bahkan, panglima Pasukan Quds IRGC Esmail Qaani telah memanggil sejumlah orang untuk dipecat, ditangkap, dan bahkan mungkin dieksekusi.
Gunakan kecerdasan buatan?
The New York Times juga melaporkan bahwa bom itu sudah disembunyikan di kamar Haniyeh sekitar 2 bulan lalu.
Baca juga: Israel Tangkap Imam Al-Aqsa karena Ajak Doakan Haniyeh, Hamas Mengutuk
Akan tetapi, media itu mengatakan bom diselundupkan oleh Mossad sendiri.
Laporan itu didasarkan pada wawancara dengan tujuh pejabat Timur Tengah.
Bom itu diledakkan dari jarak jauh setelah Haniyeh terkonfirmasi berada di kamar berisi bom.
Media asal AS lainnya, Axios, turut mengatakan agen Mossad berada di balik pembunuhan Haniyeh.
Bahkan, Axios menyebut Mossad memanfaatkan perangkat canggih dengan kecerdasan buatan (AI) dalam operasi itu.
Dua narasumber yang didapatkan media itu berujar bahwa agen Israel mencari tahu fasilitas dan kamar mana yang akan digunakan Haniyeh dalam kunjungannya ke Teheran.
Keduanya mengatakan bom sudah ditanam di kamar Haniyeh jauh-jauh hari.
Bom kemudian diledakkan oleh agen Mossad yang masih berada di Iran setelah mengetahui Haniyeh tinggal di kamar itu.
Sementara itu, media Iran bernama Fars News menyebut kamar Haniyeh dihantam oleh peluru.
Hantaman itu menargetkan lantai empat wisma itu. Salah satu pengawal Haniyeh juga tewas.
Menurut Fars News, penyelidikan awal menunjukkan bahwa pembunuhan itu memang dilakukan oleh Israel.
(Tribunnews/Febri)