Bandara Internasional Beirut-Rafic Hariri adalah satu-satunya bandara di Lebanon.
Bandara ini pernah menjadi sasaran perang saudara di negara itu dan pertempuran sebelumnya dengan Israel, termasuk dalam perang terakhir antara Hizbullah dan Israel pada tahun 2006.
Di ruang keberangkatan bandara nampak keluarga duduk di kursi, anak-anak berbaring di pangkuan orang tua mereka, sementara penumpang mengawasi tumpukan tas dan memeriksa layar televisi untuk keberangkatan penerbangan ke negara tujuan seperti Istanbul, Amman, dan Kairo.
Ketegangan dan pembatalan penerbangan telah mengacaukan rencana perjalanan bagi banyak warga Lebanon yang bekerja atau belajar di luar negeri dan yang biasanya menggunakan liburan musim panas tahunan mereka untuk mengunjungi kerabat dan teman di kampung halaman.
Warga Asing Takut Terjebak di Lebanon
Gretta Moukarzel, yang mengelola agen perjalanan di dekat Beirut, mengatakan bahwa dia “menerima banyak panggilan telepon dari klien yang ingin pergi dan takut terjebak di Lebanon.”
"Menemukan tempat duduk menjadi sulit karena banyaknya penerbangan yang dibatalkan dan meningkatnya permintaan, terutama untuk negara-negara Eropa," katanya kepada AFP melalui telepon.
“Sejumlah besar warga Lebanon yang datang ke Lebanon untuk berlibur telah membatalkan reservasi mereka,” tambahnya.
Penumpang juga menunggu dalam antrian panjang di bilik check-in dan lagi-lagi untuk melewati pemeriksaan keamanan.
Sirine Hakim, 22, mengatakan dia telah menghabiskan hampir tiga minggu di Lebanon untuk menemui keluarga dan harus pergi karena komitmen pekerjaan di luar negeri.
“Saya seharusnya berangkat kemarin, tetapi penerbangan saya ditunda,” katanya.
Di sepanjang jalan bandara yang melintasi pinggiran selatan Beirut, benteng Hizbullah, sebuah papan iklan besar menunjukkan gambar Haniyeh dari Hamas dan Shukr dari Hizbullah yang bertuliskan: “Kami akan membalas dendam.”
Sementara para diplomat berupaya mencegah potensi konflik Iran Vs Israel.
Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Raja Yordania Abdullah II mengatakan eskalasi militer regional harus dihindari.
"Dngan segala cara," kata kantor kepresidenan Prancis setelah mereka melakukan panggilan telepon.
Dengan aksi militer besar-besaran dari gerakan Hizbullah Lebanon yang didukung Iran dan gerakan lain yang sudah diperkirakan sebelumnya, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant berkata “Jika mereka berani menyerang kami, mereka akan membayar harga yang mahal.”