TRIBUNNEWS.COM - Mantan Menteri Pertahanan Rusia yang sekarang menjabat sebagai sekretaris Dewan Keamanan Kremlin, Sergei Shoigu, telah tiba di Teheran, Iran pada hari Senin (5/8/2024).
Seperti dilansir kantor berita Rusia Interfax, selain menemui Presiden Masoud Pezeshkian, Shoigu dijadwalkan melakukan pembicaraan dengan sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran Ali Akbar Ahmadian, dan kepala staf umum militer Iran Mohammad Bagheri.
Pembicaraan tersebut diperkirakan membahas kerja sama bilateral dan penguatan hubungan antara negara, mulai dari keamanan hingga proyek perdagangan dan ekonomi, serta berbagai aspek keamanan global dan regional, menurut laporan Interfax, mengutip komentar dari Dewan Keamanan Rusia.
Shoigu menjabat sebagai menteri pertahanan Rusia sejak 2012 dan mengawasi militer Rusia selama invasinya ke Ukraina.
Ia diberhentikan pada bulan Mei tahun ini dan ditugaskan untuk memimpin Dewan Keamanan Rusia.
Rusia dilaporkan mengirimkan sistem pertahanan udara canggih ke Iran
Sementara itu dalam laporan terpisah, pejabat Iran yang dikutip oleh The New York Times mengatakan, Rusia telah mulai mengirimkan peralatan pertahanan udara dan radar canggih ke Iran.
Laporan ini muncul setelah Presiden Iran menggelar pertemuan dengan Shoigu.
Dalam pertemuannya dengan Shoigu, Presiden Masoud mengatakan bahwa Teheran bertekad untuk memperluas hubungan dengan Rusia, lapor media pemerintah Iran yang dikutip Reuters.
Kedatangan Sergei Shoigu di Teheran bertepatan saat Iran sedang mempersiapkan serangan balasan atas pembunuhan seorang pemimpin Hamas.
"Rusia adalah salah satu negara yang telah mendukung bangsa Iran selama masa-masa sulit," kata Pezeshkian kepada Shoigu dalam sebuah pertemuan hari Senin.
Presiden mengatakan bahwa posisi bersama antara Iran dan Rusia dalam mempromosikan dunia multipolar tentu akan mengarah pada keamanan dan perdamaian global yang lebih besar.
Baca juga: Tensi dengan Israel Memanas, Presiden Iran Gandeng Rusia Jadi Sekutu Prioritas
Rusia adalah salah satu negara yang mengutuk pembunuhan Ismail Haniyeh, pemimpin kelompok Islam Palestina Hamas.
Meskipun Presiden Rusia Putin belum berkomentar secara publik mengenai meningkatnya ketegangan baru-baru ini di Timur Tengah, sejumlah pejabat senior Rusia mengatakan bahwa mereka yang berada di balik pembunuhan Haniyeh berusaha menggagalkan harapan perdamaian di Timur Tengah.'
Hubungan Rusia dan Iran
Mengutip usnews.com, Rusia telah menjalin hubungan yang lebih erat dengan Iran sejak dimulainya perang dengan Ukraina.
Rusia mengatakan bahwa pihaknya sedang mempersiapkan penandatanganan perjanjian kerja sama yang luas dengan negara Islam tersebut.
Reuters melaporkan pada bulan Februari bahwa Iran telah menyediakan sejumlah besar rudal balistik permukaan-ke-permukaan yang kuat bagi Rusia.
Di Washington, juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller merujuk pada pembicaraan Shoigu di Teheran, mengatakan bahwa AS tidak memiliki harapan bahwa Rusia akan memainkan peran yang produktif dalam meredakan ketegangan di Timur Tengah.
Miller mengatakan, bahwa AS telah mengirimkan pesan melalui hubungan diplomatiknya yang mendorong negara-negara untuk memberi tahu Iran bahwa eskalasi di Timur Tengah tidak menguntungkan akan Teheran.
AS mengatakan pada bulan Juni lalu bahwa Rusia tampaknya memperdalam kerja sama pertahanannya dengan Iran.
Rusia dilaporkan menerima ratusan pesawat nirawak serang satu arah dari Iran, yang digunakannya untuk menyerang Ukraina.
Tetapi kabar itu dibantah oleh Moskow.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)