TRIBUNNEWS.COM -- Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) diyakini tak akan mampu melawan Rusia, meski negeri itu dikeroyok.
Alasannya cukup sepele, hanya karena aturan administrasi masing-masing negara anggota.
Jenderal Prancis Bertrand Toujou mengatakan saat ini Rusia sangat superior dalam hal persenjataan.
Baca juga: Rusia Pukul Mundur Prajurit Ukraina, New York Diperkirakan Segera Jatuh
Vladimir Putin terus menggenjot produksi senjatanya hingga berkali-kali lipat dari sebelumnya dan itu yang disebut menjadi cara terus merebut wilayah-wilayah Ukraina.
Surat kabar Barat, Politico mengabarkan, NATO akan kesulitan memindahkan persenjataannya dari anggota satu ke anggota yang lain karena masalah administrasi.
"Sekutu akan menghadapi masalah dengan pemindahan peralatan berat dan pasukan karena keterlambatan administratif," kata Toujou.
Padahal NATO telah memahami hal itu.
Menurutnya, memindahkan peralatan di seluruh Eropa selama Perang Dingin jauh lebih mudah.
Toujou mencatat bahwa jika Rusia melancarkan serangan ke negara-negara NATO, negara-negara Eropa dan Amerika lainnya harus memindahkan pasukan ke sisi timur secepat mungkin.
Namun dalam praktiknya, hal ini terhambat oleh proses administratif yang panjang dan terfragmentasi yang tidak disesuaikan dengan pergerakan peralatan melalui infrastruktur dan kurangnya kemampuan transportasi.
Baca juga: Rusia Dikabarkan Mentransfer Sistem Rudal Iskander dan Murmansk-BN ke Iran
Jenderal itu juga mengingat bahwa pada awal tahun 2022, Eropa benar-benar menyadari betapa sulitnya proses pemindahan peralatan.
"Kami telah menemukan skala birokrasi administratif. Ada perang yang sedang berlangsung di Ukraina, tetapi petugas bea cukai menjelaskan bahwa Anda tidak memiliki tonase gandar yang diperlukan dan bahwa tank Anda tidak diizinkan melintasi perbatasan Jerman," katanya.