TRIBUNNEWS.COM - Takut diserang, Kabinet Keamanan Israel menggelar rapat di bunker bawah tanah malam ini.
Media Israel melaporkan, Kabinet Keamanan Israel bakal bertemu di ruang komando bawah tanah Pasukan Pendudukan Israel (IDF) di markas besarnya yang dikenal sebagai "The Pit".
Bunker itu terletak di bawah kantor pusat Kementerian Keamanan di Kirya, Tel Aviv.
Lembaga penyiaran Israel, Channel 12, melaporkan pertemuan tersebut tidak akan benar-benar dilakukan di lokasi tersebut karena alasan keamanan.
Media tersebut mengklaim pertemuan tersebut merupakan latihan untuk menghadapi kemungkinan situasi darurat.
Iran berjanji untuk menanggapi tegas pembunuhan yang dilakukan Israel terhadap pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran utara pada Rabu (31/7/2024).
Oleh karena itu, otoritas Israel telah mengambil tindakan pencegahan yang ekstensif untuk melindungi lokasi dan personel strategis dalam beberapa hari terakhir.
Hizbullah janjikan serangan balasan
Sementara itu, Hizbullah juga telah menjanjikan serangan balasan terhadap target-target Israel, menyusul serangan mengerikan yang menewaskan komandan seniornya, Fuad Shukr, dan sejumlah warga sipil di pinggiran selatan Beirut.
Channel 12 mengatakan pasukan pendudukan Israel sedang mempersiapkan kemungkinan menerima perintah dari kabinet keamanan untuk melakukan "serangan pendahuluan" terhadap Lebanon.
Di sisi lain, lembaga penyiaran Israel lainnya, Channel 13, mengatakan kalangan keamanan Israel menilai bahwa Hizbullah akan menargetkan pejabat senior Israel sebagai respons atas terbunuhnya martir Fuad Shukr.
Hizbullah sangat tertarik menargetkan pejabat Israel
Analis militer di Channel 13, Alon Ben David, mengatakan pergi ke bunker di Kiryah "bukan hanya latihan, tetapi lebih merupakan pemahaman bahwa Hizbullah sangat tertarik untuk menargetkan pejabat Israel."
Baca juga: IDF Ancam Timur Tengah usai Haniyeh dan Fuad Shukr Tewas: Intelijen Israel Bisa Bunuh Siapa Pun
"Ini sesuai dengan teori persamaan, karena sebagai imbalan atas pejabat yang dibunuh Israel, yang menjadi targetnya adalah pejabat Israel."
Periode menjelang tanggapan yang diharapkan dari Iran dan Hizbullah telah ditandai dengan informasi intelijen AS dan Israel yang tidak jelas mengenai waktu dan skala serangan.
Dalam hal ini, AS disebut-sebut gagal mengumpulkan bukti konkret mengenai masalah tersebut.