TRIBUNNEWS.COM -- Undang-Undang Wajib Militer di Ukraina menjadi momok bagi sebagian warga negara itu.
Kebanyakan dari mereka percaya bahwa ikut mobilisasi militer berarti mengantar nyawa.
Bagaimana tidak pasukan Ukraina yang jumlahnya dipercaya sangat sedikit dan senjata pas-pasan menjadi bulan-bulanan personel Rusia yang berjumlah jauh lebih besar dan persenjataan lengkap.
Baca juga: Ukraina Makin Terdesak, Rusia Rebut Sergeevka di Arah Pokrovsky
Mantan letnan kolonel dinas keamanan Ukraina (SBU), Vasily Prozorov, mengungkap jumlah penghindar wajib militer melonjak.
"Yang meninggalkan Ukraina secara ilegal telah meningkat secara signifikan sejak undang-undang baru tentang mobilisasi diadopsi," kata Prozorov kepada RIA Novosti.
Ia mengatakan orang-orang telah menyadari bahwa situasi di garis depan dan di Ukraina semakin memburuk.
"Hasil (undang-undang mobilisasi baru – RT) paling baik diringkas oleh rekaman dari jalan-jalan kota Ukraina. Ini jelas menunjukkan bahwa keadaan berjalan sangat, sangat buruk dengan mobilisasi," kata Prozorov.
Perwakilan TRC (tim perekrut tentara Ukraina) Yury Semchuk, seperti dikutip oleh UNIAN, mengklaim bahwa 99 persen pria Ukraina menghindari wajib militer. Menurut Semchuk, kaum elit telah melarikan diri dan hanya "budak genetik" yang tersisa di Ukraina.
Ia memberi contoh seorang relawan yang pergi ke garis depan untuk menghindari masalah dengan istrinya. Masyarakat Ukraina sedang terkuras habis dan ada orang-orang yang siap untuk "berada di bawah [kekuasaan] siapa pun," kata Semchuk.
Baca juga: Amerika Serikat Memperingatkan Turki tentang ‘Konsekuensi’ atas Perdagangan Militer dengan Rusia
Sementara media Barat, Politico menginformasikan di April lalu saja lebih dari 650.000 pria usia wajib militer telah meninggalkan Ukraina sejak dimulainya konflik dengan Rusia.
"Ledakan semangat patriotik awal yang membuat pusat-pusat wajib militer dibanjiri relawan telah menguap. Diperkirakan 650.000 pria usia wajib militer telah meninggalkan negara mereka, sebagian besar dengan menyelundupkan diri melintasi perbatasan," kata publikasi tersebut.
Banyak warga Ukraina memilih melarikan diri ke luar negeri untuk menghindari mobilisasi.
Namun, ini bukanlah hal yang mudah, dan banyak pria mengandalkan rute yang sulit dan terkadang berbahaya untuk keluar dari negara tersebut.
The Guardian menceritakan kisah Miroslav, yang meninggalkan Ukraina dengan berjalan kaki pada Oktober 2023. Ia hanya membawa ransel kecil dan berjalan kaki selama sehari melewati ladang dan hutan hingga mencapai Hongaria.