Terkait hal itu, Wang menyatakan China mendukung setiap tindakan Iran dalam mempertahankan kedaulatan dan keamanannya, termasuk membalas Israel atas tewasnya pemimpin Hamas.
"China mendukung Iran dalam mempertahankan kedaulatan, keamanan, dan martabat nasionalnya sesuai hukum, serta dalam upayanya untuk menjaga perdamaian dan stabilitas regional."
"Kami (China) juga siap untuk menjaga komunikasi yang erat dengan Iran," urai Wang.
Mengenai pernyataan Wang itu, Peneliti Senior non-residen di Center for Islam and Global Affairs (CIGA), Ramzy Baroud, menilai China masih belum secara gamblang menyatakan dukungannya.
Hal ini, menurut Baroud, terlihat dari tidak adanya kalimat "menahan diri" atau "menghindari eskalasi lebih lanjut" dari pernyataan Wang.
Tak hanya itu, komentar itu disampaikan Baroud mengingat kebijakan luar negeri China selama ini yang mengutamakan waspada.
Baca juga: Penampakan Lokasi Ismail Haniyeh Dibunuh, Disebut Dilindungi Korps Garda Revolusi Iran
"Sikap resmi Tiongkok tidak menyertakan frasa seperti 'menahan diri', atau 'menghindari eskalasi lebih lanjut'. Hal ini sendiri sangat penting," kata dia, Minggu, dikutip dari Palestine Chronicle.
"Juga dengan mempertimbangkan sifat kebijakan luar negeri Tiongkok yang waspada, Tiongkok tidak menunjukkan secara terbuka, menyatakan Iran punya hak untuk menyerang Israel sebagai bentuk pembalasan atas pelanggaran Tel Aviv terhadap kedaulatan Iran lewat pembunuhan pemimpin Hamas," urai Baroud.
Meski demikian, lanjut Baroud, jika merujuk pada pernyataan Wang, China bisa dipastikan bersedia mengakomodasi, bahkan mendukung tindakan balasan Iran terhadap Israel.
"Namun, jika kita mengamati secara seksama pernyataan Wang, Tiongkok terlihat bersedia mengakomodasi, bahkan mendukung tindakan balasan Iran terhadap Israel."
"Sebab, tindakan balasan itu bisa dianggap sebagai bagian dari upaya Iran untuk 'menjaga kedaulatan, keamanan, dan martabat nasionalnya'," jelas Baroud merujuk pada pernyataan Wang.
Ia menambahkan, perkembangan antara Iran dan China mengindikasikan dua hal.
Satu di antaranya adalah menunjukkan, China semakin dekat dengan kubu pro-Perlawanan di Timur Tengah.
Baroud berpendapat, hubungan China dengan kubu pro-Perlawanan bisa menggagalkan rencana Amerika Serikat (AS) di wilayah tersebut.