TRIBUNNEWS.COM – Tiga pejabat senior Iran mengungkap satu-satunya cara agar Iran batal melancarkan serangan besar ke Israel.
Sebelumnya, Iran sudah bersumpah akan menyerang negara Zionis itu setelah Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh tewas dibunuh Israel di Teheran.
Hingga kini Israel belum mengakui atau membantah berada di balik pembunuhan Haniyeh.
Situasi di Timur Tengah kini sangat panas. Intelijen Israel memperkirakan Iran akan menyerang dalam waktu dekat.
Amerika Serikat (AS) yang menjadi sekutu dekat Israel sudah berjanji akan membantu Israel jika negara itu diserang.
Bahkan, AS sudah mengerahkan kapal perang dan kapal selamnya ke Timur Tengah untuk memperkuat pertahanan Israel.
Terlepas dari hal itu, ketiga pejabat Iran tadi mengatakan serangan Iran masih bisa dicegah.
Caranya ialah dengan mewujudkan kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza yang kini digempur Israel.
Salah satu dari tiga pejabat tadi mengklaim Iran beserta sekutunya seperti Hizbullah bakal melancarkan serangan langsung jika perundingan gencatan senjata gagal atau Israel dianggap menarik diri dari perundingan.
Para pejabat itu tidak memberi tahu batas waktu yang diberikan Iran.
Dalam beberapa hari terakhir Iran terlibat dalam pembicaraan dengan negara-negara Barat. Pembicaraan itu ditujukan untuk mencegah serangan Iran.
Baca juga: Media Iran: Israel dan AS Gunakan Diplomasi Kucing Mati
Pada hari Selasa, (13/8/2024), Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Turki mengonfirmasi bahwa AS meminta bantuan sekutunya untuk meyakinkan Iran agar tidak menyerang.
“Kami berharap respons kami akan diatur waktunya dan dilakukan dengan cara yang tidak menghalangi potensi gencatan senjata,” ujar Duta Besar Iran kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada hari Jumat, dikutip dari Reuters.
Kementerian Luar Negeri Iran pada hari Selasa menyebut desakan Barat agar Iran menahan diri adalah sesuatu yang bertentangan dengan prinsip hukum internasional.
Adapun AS menyebut jika pekan ini Iran dan sekutunya melakukan sesuatu, hal itu bisa berdampak pada perundingan gencatan senjata di Gaza.
Pekan ini Hamas juga ragu apakah perundingan akan dilanjutkan. Israel dan Hamas sudah beberapa kali berunding dalam beberapa bulan terakhir, tetapi belum membuahkan hasil.
Harapan besar Joe Biden
Presiden AS Joe Biden berharap Iran akan membatalkan serangannya jika gencatan senjata tercapai di Gaza.
“Ini harapan saya,” kata Biden saat berkunjung ke New Orleans hari Selasa, dikutip dari The Times of Israel.
Meski demikian, Biden juga memperingatkan bahwa upaya mewujudkan gencatan senjata kini makin sulit.
“Kita akan melihat apa yang dilakukan Iran dan kita akan melihat apa yang terjadi jika ada serangan. Namun, saya tidak menyerah.”
Kementerian Luar Negeri AS saat ini berupaya memastikan utusan Hamas akan menghadiri perundingan gencatan senjata berikutnya.
Baca juga: Iran Pamer Drone Baru Mohajer-10, Bawa Peledak 300 Kg Sekali Tembak Bisa Ratakan Bangunan Israel
Pada hari Senin lalu Hamas berujar tak akan hadir jika para juru penengah tidak membujuk Israel untuk menyepakati usulan terbaru yang diajukan Hamas bulan lalu.
Hamas meminta Israel berkomitmen melakukan gencatan senjata permanen.
Israel kemudian membalasnya dengan mengirimkan daftara pemintaan Netanyahu. Namun, permintaan itu ditolak Hamas.
Serangan Iran disebut akan mengejutkan
Anggota Komisi Keamanan Nasional Majelis Iran, Ahmad Bakhshayesh Ardestani, mengatakan serangan balasan Iran ke Israel akan mengejutkan dan bisa berlangsung hingga beberapa hari.
"Operasi udara Iran untuk melawan Israel bisa berlangsung tiga hingga empat hari," ujar Ardestani pada hari Sabtu, (10/9/2024), dikutip dari The Jerusalem Post yang mengutip Iran International.
Kepada Iran Watch, Ardestani berujar bahwa Iran juga bersiap menghadapi risiko yang muncul akibat serangan itu.
"Iran pastinya bersiap menghadapi konsekuensi serangan seperti itu dan akan siap menghadapi perkembangan apa pun berikutnya."
"[Serangan Iran] akan mengejutkan dan bahkan mungkin berlangsung tiga hingga empat hari."
Ardestani mengatakan "pertumpahan darah akan dilakukan" guna membalas kematian Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh.
"Jadi, balasan Iran atas kejahatan rezim Zionis adalah keniscayaan dan tak ada keraguan tentang itu," kata Ardestani.
Kepada Iran Watch, dia berujar bahwa memperlama balasan atau membuat Israel menunggu balasan adalah adalah suatu keuntungan bagi Iran.
"[Israel] merasa setiap malam berada dalam ketidakpastian, dan menjaga agar Israel tetap dalam ketidakpastian adalah bagian dari operasi pembalasan."
Banyak pakar yang mengklaim bahwa perang psikologis adalah bagian dari strategi Iran.
(Tribunnews/Febri)