“Meski Hizbullah adalah ancaman terbesar, gabungan ancaman-ancaman itu, terutama jika dilancarkan secara bersama-sama untuk melawan Israel, akan menjadi tantangan besar bagi sistem pertahanan Israel,” kata Yaron.
Michael Milshtein, pakar di Pusat Kajian Timur Tengah dan Afrika Moshe Dayan, juga menyebut Iran telah menempatkan “lingkaran api” di sekeliling Israel.
“Lingkaran api yang ditempatkan Iran di sekeliling Israel adalah tantangan besar dalam perang sedang berlangsung. Instrumen yang rajin dibangun selama lebih dari setengah abad itu kini diterapkan,” kata Milshtein dikutip dari Yedioth Ahronoth.
“Iran telah menunjukkan pengaruhnya di mana pun komunitas Syiah mengalami kekacauan politik.”
Milshtein menyebut inisitif Hizbullah yang pertama dan terpenting adalah membentuk Hizbullah tahun 1982.
Gerakan yang sama sudah dibentuk di Irak setelah penggulingan rezim Saddam Husein, di Suriah yang mengalami perang sipil, dan Yaman yang mengalami kekacauan politik dalam negeri sejak tahun 1990-an.
“Lingkaran api itu memiliki beberapa tujuan dari sudut pandang Iran: memunculkan pengaruh strategis di Timur Tengah, mengatasi Israel tanpa harus membuat Iran berada di depan dalam perjuangan, jadi mengurangi kerusakan militer dan politik, sembari membahayakan musuh lain di kawasan itu, misalnya negara-negara teluk,” katanya.
Milshtein menyebut lingkaran api itu adalah perwujudan dari Poros Perlawanan atau Mihwar al-Muwawamah.
Menurut gagasan itu, koalisi regional akan dibentuk. Koalisi itu berisi organisasi-organisasi nonnegara yang mendukung ideologi keagamaan yang kuat.
Baca juga: Tak Kunjung Serang Israel, Iran Mulai Diolok-olok dengan Kartun, Mengapa Iran Belum Membalas?
Kata dia, koalisi itu berusaha melawan keunggulan Israel dalam berbagai bidang, misalnya militer, teknologi, dan Intelijen.
“Tujuan koalisi itu akan dicapai melalui perang asimetris (teror, gerilya, roket), mencegah Israel unggul,” katanya.
(Tribunnews/Febri)