News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Bagaimana rasanya hidup di sekitar kemegahan megaproyek IKN?

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bagaimana rasanya hidup di sekitar kemegahan megaproyek IKN?

Sebagian warga desa ini telah pergi meninggalkan rumah-rumah mereka yang kini diselimuti debu tebal.

Ada yang menjauh dan tersingkir dari IKN karena tak mampu membeli tanah baru di kawasan ini yang harganya melonjak berkali-kali lipat. Namun ada pula yang bisa membangun kembali kehidupan mereka tak jauh dari pusat ibu kota baru.

Sebagian lainnya masih bertahan dalam kondisi serba tak nyaman karena belum mencapai kesepakatan soal penawaran ganti rugi dari pemerintah.

Ada pula yang tak ingin pindah karena berharap menjadi bagian dari IKN, seperti Titin Sumarni, 50, yang mengelola sebuah pesantren tak jauh dari Titik Nol Nusantara.

Ketika Titin Sumarni membangun Pesantren Fastabilqul Khairaat di Desa Bumi Harapan, Penajam Paser Utara, pada 2018 lalu, orang-orang terdekatnya mempertanyakan lokasi yang dipilih Titin.

“Kenapa bangun di situ? Enggak ada apa-apa,” kenang Titin.

Tetapi lokasinya yang sunyi dia rasa cocok sebagai tempat untuk mondok. Satu hal yang tidak mereka ketahui saat itu, kawasan ini ternyata akan menjadi ibu kota baru Indonesia.

Kini, enam tahun berselang, kesunyian itu berganti menjadi hiruk pikuk proyek pembangunan berskala besar yang tak berhenti selama nyaris 24 jam per hari.

Saat cuaca cerah, debu dari proyek-proyek itu akan menyelimuti. Tetapi ketika hujan, suasananya tak lantas menjadi lebih nyaman.

Jalan raya di depan pesantren sontak berlumpur dan licin. Kendaraan yang melintas, kebanyakan truk pengangkut material bangunan, harus melambat agar tak tergelincir. Kemacetan panjang pun terjadi.

Lokasi pesantren ini memang strategis, hanya beberapa ratus meter dari akses masuk menuju kawasan inti pemerintahan. Sedangkan kalau diukur dari Istana Garuda, jaraknya terpaut sekitar empat kilometer. Kalau diibaratkan Jakarta, pesantren milik Titin seperti berada di kawasan Menteng.

Jadi, Titin dapat ikut merasakan hawa-hawa kesibukan jelang upacara peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia yang untuk pertama kalinya digelar di Nusantara pada tahun ini.

Apalagi pesantrennya kerap dimampiri oleh para pekerja proyek atau pengendara yang melintas, sebab ketersediaan toilet umum dan musala di area ini memang masih terbatas.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini