TRIBUNNEWS.COM - Tiga anggota pasukan perdamaian dari Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL) terluka karena ledakan yang terjadi di Lebanon Selatan pada Minggu (18/8/2024).
Pihak UNIFIL mengatakan ledakan terjadi di dekat kendaraan mereka di sekitar kota selatan Yarine.
Ledakan ini menyebabkan 3 anggota UNIFIL mengalami luka ringan.
Juru bicara UNIFIL Andrea Tenenti mengatakan saat ini ketiganya sedang dalam perjalanan kembali ke pangkalan mereka.
"Semua pasukan penjaga perdamaian dalam patroli kembali dengan selamat ke pangkalan mereka," kata Tenenti tanpa memberikan rincian lebih lanjut tentang insiden tersebut, dikutip dari Al Jazeera.
Andrea mengatakan pihaknya saat ini sedang menyelidiki penyebab dan dalang di balik ledakan tersebut.
"Kami sedang menyelidiki insiden tersebut," katanya, dikutip dari Anadolu Anjansi.
Sambil menyelidiki insiden ini, Andrea memperingatkan semua pihak yang terlibat dalam peperangan.
Ia meminta siapa pun yang berada di balik insiden ini harus bertanggung jawab.
“Kami sangat mengingatkan semua pihak dan aktor tentang tanggung jawab mereka untuk menghindari terjadinya kerugian pada pasukan penjaga perdamaian dan warga sipil," ujar Tenenti
Ledakan itu terjadi saat meningkatnya kekhawatiran akan terjadinya perang besar-besaran antara Israel dan Hizbullah.
Komandan Hizbullah Fouad Shukr tewas akibat serangan Israel pada 30 Juli 2024.
Baca juga: UNIFIL Tidak dalam Posisi untuk Menyalahkan Pihak Bertanggung Jawab atas Insiden di Majdal Shams
Siapa UNIFIL?
Didirikan pada tahun 1978, misi penjaga perdamaian PBB (UNIFIL) dibentuk untuk memantau penarikan pasukan Israel setelah mereka menginvasi Lebanon sebagai balasan atas serangan Palestina.
Hingga tahun 2000, Israel terus menduduki wilayah di Lebanon selatan sampai akhirnya mengumumkan penarikan diri.
Meskipun penarikan diri itu disertifikasi oleh PBB, Lebanon membantahnya dengan alasan bahwa Shebaa Farms adalah bagian dari wilayahnya dan bukan bagian dari Dataran Tinggi Golan Suriah yang masih diduduki Israel.
Kemudian, pada tahun 2006 saat perang antara Hizbullah dan Israel meningkat, UNIFIL memperluas pasukannya.
Perang yang berlangsung selama sebulan ini diakhiri dengan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701, yang menuntut agar kedua belah pihak menghormati perbatasan dan agar “semua kelompok bersenjata di Lebanon” dilucuti senjatanya.
Kemudian UNIFIL kembali ditugaskan di Lebanon selatan. Tujuannya adalah untuk memantau permusuhan di sepanjang garis demarkasi antara Lebanon dan Israel, yang dikenal sebagai Garis Biru.
Dalam pemantauan ini, UNIFIL mengirim sekitar 10.000 pasukan penjaga perdamaian untuk bertugas.
(Tribunnews.com/Farrah Putri)
Artikel Lain Terkait UNIFIL, Lebanon Selatan dan Konflik Israel-Hizbullah