TRIBUNNEWS.COM - Israel membunuh pemimpin senior gerakan Hizbullah Lebanon, Fouad Shukur, pada 30 Juli 2024 di Beirut.
Beberapa jam kemudian Israel membunuh Kepala Biro Politik Hamas dan kepala negosiator utama Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran.
Hampir tiga minggu setelah pembunuhan Shukur dan Ismail Haniyeh, dunia masih menunggu pembalasan Iran terhadap Israel atas serangan tersebut. Hal ini pasti akan terjadi, namun pertanyaan yang lebih relevan adalah apa yang akan terjadi selanjutnya.
“Pertanyaan sebenarnya bukanlah apa yang dilakukan Iran, pertanyaannya adalah apa yang dilakukan Amerika Serikat?” ungkap Mohammad Marandi, profesor Sastra Inggris dan Orientalisme di Universitas Teheran kepada Sputnik, Senin, 19 Agustus 2024.
“Jika Amerika Serikat terlibat dalam perang, maka saya pikir Amerikalah yang akan mengalami kerugian lebih besar dibandingkan negara lain,” ujar Marandi.
Marandi menjelaskan, perang antara AS dan Israel melawan Iran di sisi lain akan meluas secara regional dan mencakup diktator sekutu AS yang dianggap terlibat dengan Amerika Serikat.
“Jadi tidak akan ada lagi instalasi gas atau minyak di kawasan Teluk Persia dan sekitarnya yang bisa mengekspor apa pun. Jika itu terjadi, hal itu akan menyebabkan keruntuhan ekonomi global,” lanjut Marandi.
“Hal ini tidak akan menyebabkan resesi atau depresi, namun akan menyebabkan depresi berat – sesuatu yang belum pernah kita alami sebelumnya dalam beberapa abad terakhir, bahkan pada tahun 1930an," imbuhnya.
Iran tidak punya pilihan selain merespons dengan lebih tegas setelah serangan udara Israel menghantam konsulat Iran di Damaskus, Suriah.
Baca juga: Taktik Iran Tunda Serangan Membuat Perekonomian Israel Terancam Ambruk
Serangan itu, di mana Iran menggunakan ratusan drone untuk melumpuhkan pertahanan udara Israel dan kemudian menyerang sasaran militer dengan rudal, digambarkan sebagai serangan yang terkendali di luar media Barat dan Israel.
Namun, kurang dari empat bulan kemudian, Israel kembali menyerang Iran.
Rudal buatan Iran dipajang di depan monumen Azadi (Kemerdekaan) pada rapat umum tahunan memperingati Revolusi Islam Iran 1979 di Teheran, Iran, Minggu, 11 Februari 2024. - Sputnik International, 1920, 13.08.2024
“Secara definisi, [itu] berarti hal tersebut tidak memadai untuk solusi permanen. Jadi, Iran harus memberikan pukulan yang lebih keras,” jelas Marandi.
Meskipun ada surat yang ditandatangani oleh AS dan beberapa negara Eropa yang meminta Iran untuk mundur, sebagian besar dunia memahami bahwa Iran bersikap terkendali dan bersikap wajar dibandingkan dengan Israel.
Baca juga: Serangan Iran ke Israel Kelamaan, Operasi Intelijen di Tel Aviv Bakal Setara yang Terjadi di Teheran
Hal ini akan semakin mengisolasi Amerika Serikat jika negara tersebut bergabung dengan Israel dalam perang dengan Iran, yang akan memperburuk masalah ekonomi negara tersebut jika terjadi keruntuhan global.
“Bagaimana dampaknya bagi Amerika Serikat, ketika Amerika Serikat akan berperang atas nama rezim genosida dan kemudian menjatuhkan perekonomian dunia? Ini akan sangat merugikan Amerika Serikat karena tidak ada seorang pun yang akan bersimpati terhadap hal ini,” tambah Marandi.
“Intinya adalah mereka menyeret dunia menuju bencana. Genosida ini akan mempunyai konsekuensi. Dan perang yang meluas akan menimbulkan konsekuensi yang sangat besar,” tutupnya.
Sumber: Sputnik