Para pengunjuk rasa meminta pemerintah Israel segera mengupayakan kesepakatan pembebasan lebih dari 100 warga Israel yang masih disandera Hamas di Jalur Gaza.
"Saya dengar pejabat tinggi keamanan berkata kepada kita Hamas Hamas tumbang, ini saatnya kesepakatan, Hamas menginginkannya, begitu pula Iran dan Hizbullah," kata Ali Albaf, seorang demonstran yang anaknya disandera, dikutip dari Euro News.
"Jika tidak ada kesepakatan, akan ada perang yang berkobar, dan telah diketahui cara masuk ke dalam kobaran perang ini, tetapi cara keluar belum diketahui."
Israel disebut telah sepakati usulan
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken berujar Israel sudah menyetujui usulan gencatan senjata dan pembebasan sandera. Blinken kemudian meminta Hamas untuk turut menyetujuinya.
AS, Mesir, dan Qatar sudah berperan menjadi juru penengah selama berbulan-bulan. Namun, perundingan gencatan senjata tak kunjung membuahkan hasil.
“Dalam pertemuan yang sangat konstruktif dengan Perdana Menteri Netanyahu, dia mengonfirmasi kepada saya bahwa Israel mendukung usulan [gencatan senjata] itu,” kata Blinken kepada wartawan, dikutip dari Associated Press.
Baca juga: Netanyahu Sengaja Menelantarkan Sandera di Gaza, Kata Ketua Partai Demokrat Israel Mayjen Yair Golan
Menurut Blinken, andai nantinya Hamas juga menyetujui usulan itu, para juru runding masih memerlukan waktu beberapa hari untuk memahami “penerapan kesepakatan” itu.
Dia menyebut masih ada beberapa persoalan rumit yang memerlukan keputusan para pemimpin.
Sementara itu, Hamas mengaku sudah tak lagi percaya kepada AS sebagai juru penengah.
Hamas menuding AS berpihak pada Israel karena AS membuat tuntutan baru yang ditolak oleh Hamas.
Adapun Netanyahu mengatakan Israel mengapresiasi AS yang sudah menujukkan upayanya membebaskan warga Israel yang disandera Hamas di Gaza.
Dia berujar kini sedang ada upaya untuk membebaskan sebanyak-banyaknya sandera dalam tahap pertama kesepakatan gencatan senjata.
Diperkirakan masih ada sekitar 110 warga Israel yang masih disandera di Gaza. Israel menyebut sepertiganya sudah meninggal.
Pada bulan November 2023 ada lebih dari 100 sandera yang dibebaskan saat gencatan senjata selama seminggu.
(Tribunnews/Febri)