TRIBUNNEWS.COM - Seorang ahli memperingatkan bahwa Hizbullah sudah siap melancarkan serangan besar-besaran terhadap Israel setelah perencanaan satu dekade termasuk membangun jaringan terowongan berkilo-kilo meter.
Mengutip The Sun, analis yang memantau aktivitas militer di Lebanon selatan selama bertahun-tahun, memperingatkan serangan 7 Oktober akan terlihat biasa saja jika Hizbullah Lebanon melancarkan serangan saat ini.
Jaringan terowongan yang dimiliki Hizbullah, disebut-sebut memiliki banyak tujuan, termasuk operasi militer, penyelundupan, dan penyimpanan senjata.
Sebuah video terbaru yang diunggah oleh kelompok tersebut bahkan mengungkap cuplikan isi di dalam terowongan yang juga terdapat tempat peluncuran rudal.
Namun, kondisi terkini jaringan terowongan bawah tanah itu masih belum sepenuhnya diketahui publik.
Letnan Kolonel Sarit Zehavi, mantan analis intelijen Pasukan Pertahanan Israel (IDF) yang telah mempelajari Hizbullah selama beberapa dekade, mengatakan kepada The Sun:
"Risikonya tidak pernah sebesar ini."
"Hizbullah memiliki kekuatan tembak 10 kali lipat Hamas, dengan total kekuatan militer 50.000 dan hingga 5.000 pasukan elit yang siap menyerbu perbatasan."
“Mereka telah membangun terowongan sepanjang bermil-mil yang menghubungkan pasukan mereka dan lebih banyak lagi terowongan penyerang untuk menyerbu Israel."
“Terowongan-terowongan itu dipotong menjadi batu padat dan lebih besar dari terowongan Hamas — beberapa cukup besar untuk dilalui truk — dengan tenaga listrik dan bahkan pendingin udara."
“Namun, ancaman terbesar adalah besarnya persenjataan mereka."
Baca juga: Asap Mengepul saat Israel dan Hizbullah Saling Baku Tembak Melintasi Perbatasan, 7 Orang Tewas
"Mereka memiliki lebih dari 200.000 roket, peluru kendali, dan pesawat tanpa awak."
Zehavi khawatir, Hizbullah kini mungkin memiliki cukup senjata untuk mengalahkan sistem pertahanan udara Iron Dome dan David’s Sling, yang melindungi kota-kota Israel.
"Dan begitu serangan mereka dimulai, serangan itu bisa berlangsung selama berbulan-bulan — bersamaan dengan serangan dari Iran, Suriah, Irak, Yaman, dan Gaza serta Tepi Barat di dalam wilayah Israel," katanya.