News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

30 Persen Ukraina Dicaplok Rusia, Ini Kata Zelensky Soal Perdamaian

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pasukan Ukraina terus melawan invasi Rusia

TRIBUNNEWS.COM -- Invasi Rusia ke Ukraina telah memasuki hari ke-915. Presiden Volodymyr Zelensky mengakui bahwa 30 persen wilayahnya kini telah direbut oleh pasukan Vladimir Putin.

Namun ia menegaskan tidak ingin sejengkal pun tanah di negaranya direbut oleh Rusia. Ia menginginkan perdamaian, namun tak ingin wilayahnya direbut oleh Moskow.

Dalam sebuah wawancara yang dikutip Ukrinform, Zelensky mengatakan, bahwa langkah-langkah diplomatik sangat diperlukan.

Baca juga: Peringati Hari Kemerdekaan Ukraina, Zelensky: Perang Telah Berbalik ke Rusia

Namun tidak boleh mengorbankan 30 persen wilayahnya. Seperti diketahui, Ukraina memiliki wilayah seluas 603.628 kilmeter persegi.

Artinya saat ini Rusia telah menguasai wilayah Ukraina seluas hampir 200.000 kilometer persegi. Padahal pasukan Vladimir Putin kini terus menggempur dan sedikit demi sedikit merebut wilayah di Donbass.

“Saya percaya bahwa pendekatan kami jika kita berbicara tentang langkah-langkah kami baik di medan perang maupun dalam arah diplomatik, lebih dekat ke perdamaian daripada proposal lainnya. Karena jalan ini sangat rumit, dan semua proposal yang ada dan yang telah Anda dengar dari banyak negara. Saya percaya bahwa hari ini semua yang dikatakan adalah pernyataan politik. Ini bukan jalan, juga bukan formula atau hal-hal spesifik,” katanya dikutip Tribunnews, Senin (26/8/2024).

Ia mengakui berbagai negara sahabat dan para ahli berusaha mendamaikan keduanya. Akan tetapi hingga kini mereka tak memiliki rencana dan formula yang sesuai.

Zelensky mengakui, setiap kali seseorang berbicara tentang solusi diplomatik, ia selalu mendukungnya karena tak ingin ada tentara dan rakyat yang terbunuh.

"Kita menginginkan ini. Namun, Anda tidak dapat bernegosiasi dengan seorang maniak.‘Dengar, duduklah. Ya, kami memahami bahwa Anda telah membunuh 30 orang, khususnya. Namun, mari kita bicara. Jangan lakukan itu lagi’? Tidak seperti itu cara kerjanya. Tidak akan berhasil dengan orang ini (Vladimir Putin),” kata Zelensky.

Zelensky yakin kalau Presiden Putin tidak akan terpengaruh dengan tekanan politik dari siapa pun.

Intinya, jelas dia, ia ingin melihat langkah-langkah tertentu diambil untuk perdamaian, namun itu tidak boleh mengorbankan 30 persen wilayah Ukraina dan populasinya.

Baca juga: Pertama Kalinya, Ukraina Akui Gunakan Senjata yang Dipasok AS untuk Serang Rusia

“Jika ada rencana seperti itu, kami semua mendukungnya,” tegas Zelensky.

Sebagaimana dilaporkan, Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa berakhirnya perang hanya mungkin terjadi jika integritas teritorial Ukraina dipulihkan.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky. (Facebook/Volodymyr Zelenskyi)

Putin Tutup Pintu Negosiasi

Sementara itu Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan sudah tidak ada lagi pintu perundingan perdamaian dengan Ukraina.

Serangan Ukraina terhadap warga sipil saat melakukan penyerbuan ke wilayah Kursk dan mengancam pembangkit listrik tenaga nuklir menjadi kunci bahwa Ukraina dianggap tidak ingin berdamai.

Dia berpendapat, tindakan terbaru Ukraina tersebut menunjukkan mengapa mereka menolak meninjau kembali rencana penyelesaian konflik berdasarkan proposal Rusia, atau peta jalan yang diajukan oleh pihak netral.

"Rupanya, musuh, yang mengandalkan bantuan negara-negara Barat sedang berusaha meningkatkan posisi negosiasinya di masa depan."

"Tapi bagaimana kita bisa membicarakan negosiasi dengan mereka yang melakukan serangan tanpa pandang bulu terhadap warga sipil, infrastruktur sipil, atau mencoba mengancam fasilitas energi nuklir?" ujarnya dikutip dari Russia Today.

Menurut Putin, salah satu tujuan utama Kiev di Kursk adalah untuk mengalihkan perhatian dari Donbass, tempat pasukan Rusia terus menguasai wilayahnya dalam beberapa bulan terakhir.

“Tapi apa hasilnya? Laju operasi ofensif bukan saja tidak melambat, namun sebaliknya meningkat satu setengah kali lipat," kata Vladimir Putin.

Dengan menyerang wilayah Kursk, Ukraina juga berupaya melemahkan moral penduduk Rusia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini