Durov juga menghindari perjalanan melalui negara-negara tempat Telegram diawasi.
"Dia (Pavel Durov) membuat kesalahan besar malam ini," kata seorang sumber yang dekat dengan penyelidikan tersebut kepada TF1.
TF1 mengatakan penyidik dari direktorat anti-penipuan Prancis menahan Durov dan ia akan hadir di hadapan hakim pada Sabtu malam, sebelum kemungkinan dakwaan pada Minggu.
Dugaan pelanggaran tersebut meliputi terorisme, penyediaan narkotika, penipuan, pencucian uang, penerimaan barang curian, dan lain-lain.
TF1 mengklaim pengusaha itu dapat menghadapi hukuman penjara hingga 20 tahun.
"Durov pasti akan berakhir di tahanan praperadilan," kata sumber itu kepada TF1/LCI.
Surat kabar itu mengatakan, Durov tidak berupaya meredam pelanggaran-pelanggaran tersebut di Telegram.
"Di (Telegram), ia membiarkan sejumlah pelanggaran dan kejahatan yang tak terhitung jumlahnya dilakukan, yang tidak ia lakukan apa pun untuk meredamnya," lanjutnya.
Sementara itu, Kedutaan Besar Rusia di Prancis meminta Prancis untuk membebaskan Pavel Durov dan menuduh Prancis melakukan penangkapan itu untuk mendapatkan informasi rahasia dari pengguna Telegram.
Sebagian dari artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Alasan CEO Telegram Pavel Durov Ditangkap di Prancis, Diduga Terkait Pelanggaran Aplikasi.
(mg/Putri Amalia Dwi Pitasari)
Penulis adalah peserta magang dari Universitas Sebelas Maret (UNS).